JANGAN HASAD

140 Pembaca


بسم الله الرحمن الرحيم

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Khutbah Pertama

إِنَّ الْحَمْدَ للهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا ومِنْ َسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
قال الله تعالى في القرآم الكريم

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ اتَّقُواْ اللّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُواْ رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُم مِّن نَّفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيراً وَنِسَاء وَاتَّقُواْ اللّهَ الَّذِي تَسَاءلُونَ بِهِ وَالأَرْحَامَ إِنَّ اللّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيباً

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلاً سَدِيداً. يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَن يُطِعْ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزاً عَظِيماً

أَمَّا بَعْدُ: فَإِنَّ خَيْرَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ وَخَيْرُ الْهُدَى هُدَى مُحَمَّدٍ وَشَرُّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلُّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٍ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٍ وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِيْ النَّارِ

Ibadallah, jama’ah jum’at rahimani wa rahimakumulahu jami’an…

Marilah kita panjatkan puji syukur kehadirat Allah subhanahu wa ta’ala atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kita dapat berkumpul di tempat yang mulia ini dalam keadaan sehat walafiat dan dalam keadaan masih beriman dan berislam, Allah subhanahu wa ta’ala berfirman dalam surat Ibrahim: 7,

لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَاَزِيْدَنَّكُمْ وَلَئنْ كَفَرْتُمْ اِنَّ عَذَابِيْ لَشَدِيْدٌ

“Jika kamu bersyukur (atas nikmat-nikmat yang telah Aku berikan kepadamu) maka Aku akan menambah kenikmatan-kenikmatan itu, akan tetapi apabila kamu ingkar (kufur) maka sesungguhnya azab-Ku sangatlah pedih.” (QS: Ibrohim:7).

Dalam surat an-Nahl ayat: 18, Allah subhanahu wa ta’ala berfirman yang menegaskan kewajiban kita supaya bersyukur kepada-Nya,

وَاِنْ تَعُدُّوْا نِعْمَةَ اللّٰهِ لَا تُحْصُوْهَا

“Dan jika kamu menghitung nikmat-nikmat Allah maka kamu tidak akan sanggup untuk menghitungnya.” (QS: An-Nahl:18).

Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, kepada keluarga, sahabat, dan pengikutnya hingga akhir zaman.

Ibadallah, jama’ah jum’at rahimani wa rahimakumulahu jami’an…

Pada kesempatan kesempatan ini saya akan menyampaikan pembahasan tentang larangan hasad kepada apa yang dimiliki orang lain, Jangan Hasad.

Pembahasan ini merupakan pembahasan yang sangat penting bagi kita, karena banyak sekali manusia yang terjebak dalam sifat ini, sehingga hidupnya tidak tenang dan sering mengalami masalah, semoga dengan adanya pembahasan ini bisa mengurangi atau bahkan menghilangkan sifat iri dalam hati kita.

Ibadallah, jama’ah jum’at rahimani wa rahimakumulahu jami’an…

Pengertian Hasad

Berikut ini akan saya menjelasakan terlebih dahulu pegertian iri/hasad menurut para ulama:

وقال الجُرجانيُّ: الحَسَدُ تمنِّي زوالِ نِعمةِ المحسودِ إلى الحاسِدِ

ِAl-Jurjani Rahimahullah berkata: (Iri/hasad) adalah angan-angan supaya kenikmatan yang dimiliki orang yang dihasadi itu hilang dan berpindah kepada orang yang hasad. (al-Jurjani dalam kitab At-Ta’rifat, hal: 87. 

وقال السيوطي: الحَسَدُ: تمنِّي خَيرٍ يَصِلُ إلى غيرِه مع زوالِه عنه

Imam Syuyuthi Rahimahullah berkata: Hasad adalah angan-angan supaya orang lain mendapat kebaikan kemudian kebaikan itu hilang darinya. Mu’jam Maqo’dul Ulum fil Hududi War Rusum: 207.

وقال ابن القيم : أصلُ الحَسَدِ هو بُغضُ نعمةِ اللَّهِ على المحسودِ وتمنِّي زوالِها

Ibnul Qoyyim Rahimahullah berkata: Pada dasarnya hasad adalah tidak suka terhadap nikmat Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang dimiliki orang yang dihasadi dan berharap agar nikmat tersebut hilang darinya. Badai’ul Fawaid: 2/233.

وقالابن حجر: الحَسَدُ تمنِّي الشَّخصِ زوالَ النِّعمةِ عن مستحِقٍّ لها

Ibnu Hajar Rahimahullah berkata: Hasad adalah angan-angan seseorang agar nikmat yang dimiliki orang lain yang memang berhak mendapat nikmat itu hilang dari orang tersebut. Fathul Bari: 10/482.

وقال الكَفَويُّ: الحَسَدُ: اختلافُ القلبِ على النَّاسِ؛ لكثرةِ الأموالِ والأملاكِ

Al-Kafawi Berkata: Hasad adalah perbedaan isi hati terhadap orang lain disebabkan karena banyaknya harta dan kepemilikan yang hak yang dikuasai. Al-Kulliyatu: 408.

وعرَّفه الطاهر ابن عاشور فقال: الحَسَدُ: إحساسٌ نَفسانيٌّ مركَّبٌ من استحسانِ نعمةٍ في الغيرِ، مع تمنِّي زوالِها عنه؛ لأجْل غَيرةٍ على اختصاصِ الغيرِ بتلك الحالةِ، أو على مشاركتِه الحاسِدَ

Thahir bin Asyur Rahimahullah mendefinisikan hasad dengan mengatakan: Hasad adalah perasaan jiwa yang ditunggangi pandangan bahwa nikmat (yang dimiliki) orang lain lebih baik (daripada nikmat yang dimilikinya) disertai angan-angan agar nikmat tersebut hilang dari orang itu, disebabkan karena kecemburuan terhadap apa yang dimiliki orang lain itu atau karena orang lain tersebut memiliki sesuatu yang sama dengannya. At-Tahrir Wat-Tanwir: 30/629.

https://dorar.net/alakhlaq/3820/أولا-معنى-الحسد-لغة-واصطلاحا

Sifat iri/hasad merupakan salah satu sifat yang sangat buruk yang bisa mengakibatkan kerusakan dan dampak buruk di atas muka bumi ini, bahkan dampak buruk tersebut yang pertama sekali merasakan adalah orang yang memiliki sifat itu sendiri, oleh karena itulah Allah Subhanahu Wa Ta’ala dan Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam melarang kaum mukminin dari sifat buruk ini, Bahkan dalam surat Al-Falaq, Allah Subhanahu Wa Ta’ala memerintahkan orang-orang mukmin untuk berlindung kepada-Nya dari keburukan orang yang memiliki sifat ini.

Berikut ini akan saya sampaikan dali-dalil yang melarang hasad/iri dan dengki kepada orang lain.

1. Al-Quran

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman,

 وَمِنْ شَرِّ حَاسِدٍ اِذَا حَسَدَ. 5

…dan dari kejahatan orang yang dengki apabila dia dengki.” QSL Al-Falaq: 5.

2. Hadis

Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam bersabda,

لاَ تَحَاسَدُوْا، وَلاَتَنَاجَشُوْا، وَلاَ تَبَاغَضُوْا، وَلاَ تَدَابَرُوْا، وَلاَ يَبِعْ بَعْضُكُمْ عَلَى بَيْعِ بَعْضٍ، وَكُوْنُوْا عِبَادَ اللهِ إِخوَانَاً. رواه مسلم.ى. حديث أربعين النووي، رقم: 35

“Janganlah kalian saling mendengki, saling menipu, saling marah dan jangan saling membelakangi, serta jangan kalian menjual sesuatu yang telah dijual orang lain (membeli sesuatu yang sedang ditawar orang lain dengan tawaran harga lebih tinggi), jadilah kalian semua hamba-hamba Allah yang bersaudara. HR: Muslim, Hadis Arba’in Nawawi No: 35, Hal: 23-24.

Dalam hadis ini Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam melarang umatnya saling hasad antara yang satu dengan yang lainnya, karena hasad memiliki dampak yang sangat buruk bagi orang tersebut dan bagi orang yang dihasadi bahkan dampak buruk tersebut bisa merajalela di tengah-tengah masyarakat jika hasad sudah tersebar di masyarakat itu.

Jangan Hasad

Jangan hasad karena hasad dilarang dalam syari’at Islam, Rasulullah shallallahu Alaihi Wa Sallam menganjurkan kepada kaum muslimin supaya legowo dengan keberhasilan dan kebaikan yang didapat oleh orang lain, bahkan beliau sangat menganjurkan supaya orang tersebut ikut merasa senang dengan kebaikan yang diperoleh orang lain jangan sampai merasa hasad atau dengaki terhadapnya,

Tidak hasad atau dengki terhadap nikmat yang diperoleh orang lain, tapi justru harus merasa senang dengan kebaikan dan keberhasilan yang diperoleh orang tersbeut, sifat itu merupakan ciri kesempurnaan iman seseorang.

Orang yang mampu bersikap senang dengan kebaikan dan kesuksesan orang lain, tidak ada sedikit pun rasa hasad atau dengki dalam hatinya itu menunjukkan bahwa keimanan orang tersebut telah mencapai taraf keimanan yang sempurna, dia merasa senang ketika melihat saudaranya seiman mendapat nikmat, mampu membeli motor baru, mobi baru, usaha baru, rumah baru, atau gaji saudaranya seiman tersebut lebih besar atau pun kenikmatan-kenikmatan lain yang didapat oleh saudaranya itu.

Ketika saudaranya seiman mendapat nilai tinggi disekolah diapun merasa ikut senang tanpa ada beban hasad atau dengki sedikit pun di dalam hatinya.

Ketika melihat saudarnya seiman lebih tekenal daripada dirinya dia pun tetap merasa senang tidak ada rasa hasad atau dengki sedikitpun di dalam hatinya.

Ketika saudaranya mendapat ilmu yang lebih banyak dan lebih luas darinya dia pun merasa senang bahkan mampu mendoakan mereka supaya tetap mendapatkan kenikmatan-kenikmatan itu.

Dia jauh dari rasa hasad/iri dan dengki dia selalu mendoakan kebaikan kepada saudara-saudaranya seiman yang mendapatkan kenikmatan-kenikmatan apa pun, bahkan dia ikut tersenyum bahagia.

Memang tidak mudah untuk mengaplikasikan hal tersebut dalam kehidupan sehari-hari karena manusia cenderung merasa tidak senang ketika melihat atau mendengar saudaranya mendapat kebaikan dan kesuksesan meraih kenikmatan-kenikmatan yang diberikan Allah Subhanahu Wa Ta’ala kepadanya, namun itulah yang diajarkan oleh Rasulullah shallallahu Alaihi Wa Sallam supaya kita tidak iri atau dengki tapi justru senang ketika melihat sudaranya mendapat nikmat-nikmat dari-Nya, Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam bersabda,

لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لأَخِيْهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ) رَوَاهُ اْلبُخَارِيّ وَمُسْلِمٌ، أربعين النووي رقم: 13، صفحة: 11

“Tidak (sempurna) iman salah seorang diantara kamu sehingga dia mencintai bagi saudaranya apa dia cintai bagi dirinya sendiri. HR: Bukhori dan Muslim, Arbain Nawawi Hadis Ke: 13, Hal: 11.

Yuk… latih dan perjuangkan terus supaya hilang rasa iri atau dengki yang ada di dalam hati kita, jangan sampai rasa itu semakin besar dan menjadi monster dalam kehidupan kita, karena jika tidak maka kita sendirilah yang pertama celaka dan binasa akibat sifat tersebut.

Kita mohon kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala agar menjauhkan kita dari sifat hasad atau iri dan dengki. Amin.


بارك الله لي ولكم في القرآن العظيم ونفعني وإياكم بما فيه من الآيات والذكر الحكيم

أقول قولي هذا أستغفر الله لي ولكم ولسائر المسلمين إنه هو الغفور الرحيم

Khutbah Kedua

الحَمْدُ للهِ رَبِّ العَالمِيْنَ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى أَشْرَافِ الأَنْبِيَاءِ وَالمرْسَلِيْنَ نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْن

‘Ibadallah, jama’ah jum’at rahimani wa rahimakumulahu jami’an…

Pada khutbah kedua ini khotib ingin kembali mengingatkan kepada Jama’ah jumat sekalian untuk senantiasa menjaga hati kita dari sifat hasad dan menggantinya dengan sifat legowo dan ikut merass senang jika saudara kita mendapat nikmat dari-Nya.

Semoga Allah Subhanahu Wa Taala menjadikan kita semua memiliki sifat mulia mampu ikut merasa senang dengan kenikmatan yang didapat saudara kita dan menjauhkan kita semua dari sifat hasad/iri dan dengki. Amin ya Robbal Alamin.

اِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِىْ يَاَ يُّهَاالَّذِيْنَ آمَنُوْاصَلُّوْاعَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ، وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ

اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالمسْلِمَاتِ وَالمؤْمِنِيْنَ وَالمؤْمِنَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَةِ
رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ.

اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الهُدَى وَالتُّقَى وَالعَفَافَ وَالغِنَى.

اللَّهُمَّ اكْفِنَا بِحَلاَلِكَ عَنْ حَرَامِكَ وَأَغْنِنَا بِفَضْلِكَ عَمَّنْ سِوَاكَ.

اللَّهُمَّ أَحْسِنْ عَاقِبَتَنَا فِى الأُمُورِ كُلِّهَا وَأَجِرْنَا مِنْ خِزْىِ الدُّنْيَا وَعَذَابِ الآخِرَةِ

اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ وُلَاةَ أُمُوْرِنَا، اَللَّهُمَّ وَفِّقْهُمْ لِمَا فِيْهِ صَلَاحُهُمْ وَصَلَاحُ اْلإِسْلَامِ وَالْمُسْلِمِيْنَ اَللَّهُمَّ أَبْعِدْ عَنْهُمْ بِطَانَةَ السُّوْءِ وَالْمُفْسِدِيْنَ وَقَرِّبْ إِلَيْهِمْ أَهْلَ الْخَيْرِ وَالنَّاصِحِيْنَ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ.

رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا

رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

وَصَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ ومَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن

وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ

Abu Layla Turahmin, M.H.
Kamis, 25 Juli 2024. 13.39.

Tinggalkan komentar