Kelas XI IPA & Agama
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه ومن والاه. أما بعد
رَبِّ اشْرَحْ لِيْ صَدْرِيْ ۙوَيَسِّرْ لِيْٓ اَمْرِيْ ۙوَاحْلُلْ عُقْدَةً مِّنْ لِّسَانِيْ ۙيَفْقَهُوْا قَوْلِيْ ۖ. آمين
Pertama marilah kita panjatkan puji dan syukur kita kehadirat Allah subhanahu wa ta’ala yang telah melimpahkan berbagai macam kenikmatan-kenikmatan yang sangat banyak kepada kita semua.
Shalawat serta salam kita haturkan kepada Baginda Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam yang telah menyampaikan risalah Allah subhanahu wa ta’ala yang diturunkan kepadanya sehingga kita bisa merasakan manisnya Iman dan Islam.
Amma ba’du…
Dakwah merupakan tugas yang sangat mulia bahkan merupakan tugas utama para Nabi dan rasul, mereka semua diberi tugas oleh Allah subhanahu wa ta’ala untuk menyampaikan risalah yang diturunkan kepada mereka kepada umatnya.
Ketika seseorang hendak berdakwah dai harus membekali dirinya dengan ilmu, ilmu tentang apa yang akan didakwahkan dan juga ilmu tentang bagaimana cara mendakwahkan ilmu yang akan didakwahkan itu.
Ketika seseorang telah memiliki ilmu maka dia berkewajiban untuk menyampaikan ilmu tersebut kepada orang lain, tidak menyimpannya hanya untuk dirinya sendiri, karena Allah subhanahu wa ta’ala telah mengambil janji dari orang-orang yang telah memperoleh ilmu untuk menyampaikan ilmu tersebut kepada umat manusia, tidak menyimpannya sendiri, sebagaimana firman-Nya dalam surat Ali Imron: 187.
وَاِذْ اَخَذَ اللّٰهُ مِيْثَاقَ الَّذِيْنَ اُوْتُوا الْكِتٰبَ لَتُبَيِّنُنَّهٗ لِلنَّاسِ وَلَا تَكْتُمُوْنَهٗۖ. سورة آل عمران: 187
(Ingatlah) ketika Allah membuat perjanjian dengan orang-orang yang telah diberi Alkitab (dengan berfirman), “Hendaklah kamu benar-benar menerangkan (isi Alkitab itu) kepada manusia dan janganlah kamu menyembunyikannya.” QS: Ali Imron: 187.
Dalam ayat ini Allah subhanahu wa ta’ala menjelaskan bahwa Dia telah mengikat janji kepada ahlul kitab, supaya mereka menyampaikan ajaran yang telah diturunkan oleh-Nya yang terdapat dalam kitab-kitab mereka.
Meskipun ayat ini ditujukan kepada ahlul kitab akan tetapi ayat ini juga berlaku bagi kaum muslimin, kaum muslimin yang telah mendapatkan ilmu dia berkewajiban untuk menyampaikan ilmu itu dan tidak menyembunyikannya. Dia wajib menyampaikannya kepada umat manusia.
Ikatan janji tersebut merupakan ikatan janji yang sangat agung karena ikatan janji itu bukan terjadi di antara sesama manusia, akan tetapi merupakan ikatan janji antara orang yang telah mendapatkan ilmu dengan Allah subhanahu wa ta’ala. Allah subhanahu wa ta’ala telah mengambil janji dari orang-orang yang diberi ilmu baik laki-laki maupun perempuan agar mereka menyampaikan ilmu yang telah didapatnya itu kepada umat manusia (orang lain).
Oleh karena itu orang-orang yang telah mendapatkan ilmu, terutama ilmu syar’i hendaknya melaksanakan dengan baik ikatan janji yang telah ditentukan oleh Allah subhanahu wa ta’ala itu dan tidak sekali-kali meninggalkannya. Hendaknya dia menyampaikan ilmu tersebut kepada orang lain kapan dan di mana pun dia berada, Dalam setiap kesempatan hendaknya dia menyampaikan ilmu tersebut dengan baik.
Dalam tulisan ini akan penulis sampaikan beberapa hal yang berkaitan dengan bekal apa saja yang harus dimiliki seorang dai agar dakwah yang disampaikan itu benar dan bisa diterima oleh orang lain.
Yang terpenting yang harus dimiliki setiap orang muslim terlebih seorang dai adalah Takwa, karena takwa merupakan sebaik-baiknya bekal antara di dengan Allah subhanahu wa ta’ala, takwa akan menyelamatkan seseorang dari kesengsaraan di dunia ini dan di akhirat kelak. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman dalam al-Qur’an.
وَتَزَوَّدُوْا فَاِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوٰىۖ. سورة البقرة: 197
“Berbekallah karena sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa.” QS: al-Baqarah: 197.
Takwa merupakan bekal terbaik bagi setiap muslim, yang selalu diingatkan oleh Allah subhanahu wa ta’ala dalam al-Qur’an dan pahala yang telah disiapkan bagi orang-orang yang bertakwa sangat istimewa. Dalam surat Ali Imron ayat 133-136 Allah berfirman,
وَسَارِعُوْٓا اِلٰى مَغْفِرَةٍ مِّنْ رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمٰوٰتُ وَالْاَرْضُۙ اُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِيْنَۙ
الَّذِيْنَ يُنْفِقُوْنَ فِى السَّرَّۤاءِ وَالضَّرَّۤاءِ وَالْكٰظِمِيْنَ الْغَيْظَ وَالْعَافِيْنَ عَنِ النَّاسِۗ وَاللّٰهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِيْنَۚ
وَالَّذِيْنَ اِذَا فَعَلُوْا فَاحِشَةً اَوْ ظَلَمُوْٓا اَنْفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللّٰهَ فَاسْتَغْفَرُوْا لِذُنُوْبِهِمْۗ وَمَنْ يَّغْفِرُ الذُّنُوْبَ اِلَّا اللّٰهُ ۗ وَلَمْ يُصِرُّوْا عَلٰى مَا فَعَلُوْا وَهُمْ يَعْلَمُوْنَ
اُولٰۤىِٕكَ جَزَاۤؤُهُمْ مَّغْفِرَةٌ مِّنْ رَّبِّهِمْ وَجَنّٰتٌ تَجْرِيْ مِنْ تَحْتِهَا الْاَنْهٰرُ خٰلِدِيْنَ فِيْهَا ۗ وَنِعْمَ اَجْرُ الْعٰمِلِيْنَۗ. سورة آل عمران: 133-136
Bersegeralah menuju ampunan dari Tuhanmu dan surga (yang) luasnya (seperti) langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa,
(yaitu) orang-orang yang selalu berinfak, baik di waktu lapang maupun sempit, orang-orang yang mengendalikan kemurkaannya, dan orang-orang yang memaafkan (kesalahan) orang lain. Allah mencintai orang-orang yang berbuat kebaikan.
Demikian (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menzalimi diri sendiri, mereka (segera) mengingat Allah lalu memohon ampunan atas dosa-dosanya. Siapa (lagi) yang dapat mengampuni dosa-dosa selain Allah? Mereka pun tidak meneruskan apa yang mereka kerjakan (perbuatan dosa itu) sedangkan mereka mengetahui(-nya).
Mereka itu balasannya adalah ampunan dari Tuhan mereka dan surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Mereka kekal di dalamnya. (Itulah) sebaik-baik pahala bagi orang-orang yang mengerjakan (amal-amal saleh). QS: Ali Imron: 133-136.
Dalam ayat tersebut Allah subhanahu wa ta’ala menjelaskan balasan yang begitu istimewa bagi orang-orang yang bertakwa, dia akan mendapatkan ampunan dari Allah subhanahu wa ta’ala dan surga yang luasnya seluas langit dan bumi.
Lalu apa yang dimaksud dengan takwa?
Takwa adalah engkau melaksanakan ketaatan kepada Allah subhanahu wa ta’ala, berdasarkan cahaya dari Allah, karena mengharapkan pahala dari Allah dan engkau meninggalkan kemaksiatan kepada Allah subhanahu wa ta’ala berdasarkan cahaya dari Allah karena takut akan azab Allah subhanahu wa ta’ala.
Pengertian itu berdasarkan riwayat dari Thalq bin Habib.
التقوى أن تعمل بطاعة الله، على نور من الله، ترجو ثواب الله، وأن تجتنب معصية الله على نور من الله تخاف عقاب الله كتاب الزهد لعبد الله بن المبارك (ص ٤٧٣)، فقرة (١٣٤٣) وجامع العلوم والحكم: (ص ١٤٩)، التقوى «تعريفها وفضلها ومحذوراتها وقصص من أحوالها»، عمر بن سليمان بن عبد الله الأشقر العتيبي (ت ١٤٣٣هـ)، دار النفائس للنشر والتوزيع، الأردن، الطبعة: الأولى، ١٤٣٣ هـ – ٢٠١٢ م
Takwa harus meliputi empat perkara sebagaimana yang disebutkan dalam pengertian di atas yaitu, ilmu, amal, berharap pahala dan takut siksa Allah subhanahu wa ta’ala.
Seorang dai hendaknya lebih kuat dalam memegang takwa ini dibandingkan orang lain yang bukan merupakan dai, baik ketika sendiri ataupun ketika bersama orang lain.
Bersambung…..
Maraji’:
Zadud du’ati lifadhilatisyaikh Muhammad bin Shalih al Utsaimin rahimahullah ta’ala.
Abu Layla Turahmin, M.H.
Sabtu, 13 Juli 2024. 14.13.