KITAB TAUHID
وما خلقت الجنن و الإنس إلا ليعبدون (56) ما أريد منهم من رزق و ما أريد أن يطعمون(57) إن الله هو الرزاق ذو القوة المتين (58).
Artinya:”Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah* kepada-Ku.” (56) “Aku tidak menghendaki sedikitpun rezki dari mereka dan Aku tidak menghendaki supaya mereka memberi-Ku makan”.(57) “ Sesungguhnya Allah Dialah Zat yang Maha memberi rezki lagi mempunyai Kekuatan yang Sangat Kokoh”.(58) (Adz-dzariyat:56-58).
Penjelasan ayat
Allah subhanahu wata’ala mengabarkan kepada kita bahwa Dialah yang telah menciptakan jin dan manusia dengan tujuan supaya mereka hanya beribadah kepada-Nya dan mengingkari sesembahan selain Allah subhanahu wata’ala . Allah subhanahu wata’ala menciptakan mereka bukan untuk tujuan yang kemaslahatannya kembali kepada-Nya akan tetapi Dia menciptakan mereka supaya mereka hanya beribadah kepada-Nya, Dia yang akan menjamin rizki hamba-hamba-Nya dan Allah subhanahu wa ta’ala adalah zat yang maha benar janji-Nya dan maha kuasa merealisasikannya karena Dialah zat yang memiliki kekuatan yang sangat kokoh.
Mutiara ayat
- Hikmah (tujuan) diciptakannya jin dan manusia adalah supaya mereka mengesakan Allah dalam beribadah.
- Penetapan adanya jin.
- Allah sama sekali tidak membutuhkan makhluk-Nya.
- Sumber rizki berasal dari Allah akan tetapi Allah memerintahkan hamba-Nya untuk berusaha mendapatkannya.
- Penetapan dua nama Allah yaitu Ar-rozzak dan Al-matin.
Hubungan ayat dengan tauhid
Ayat ini menunjukkan bahwa ibadah kepada Allah subahanahu wa ta’ala tidak akan benar kecuali dengan mengingkari sesembahan yang lain.
*Ibadah adalah sebuah istilah yang meliputi semua perbuatan dan perkataan yang di cintai dan diridhoi Allah subhanahu wata’ala baik yang nampak maupun yang tersembunyi.
ولقد بعثنا في كل أمة رسولا أن اعبدوا الله واجتنبوا الطاغوت فمنهم من هدى الله ومنهم من حقت عليه الضلالة فسيروا في الأرض فانظروا كيف كان عاقبة المكذبين (النحل:36)
Artinya:” Dan sungguh Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): “Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu”, maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya. Maka berjalanlah kamu dimuka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul) itu”. (Qs:An-Nahl:36).
Penjelasan ayat
Dalam ayat ini Allah subhanahu wata’ala menghabarkan bahwa Dia telah mengutus rosul pada setiap umat manusia, agar ia menyampaikan kepada mereka (risalah dari Allah) dan memerintahkan supaya mereka mentauhidkan-Nya (mengesakan-Nya dalam beribadah) dan mengingkari sesembahan yang lain (selain Allah).
Manusia di hadapan para rosul terbagi menjadi dua kelompok, di antara mereka ada orang-orang yang mendapat taufik dari Allah subhanahu wata’ala sehingga mereka mau menerima dakwah tersebut, mereka tunduk kepada perintah-perintah-Nya dan mereka menjauhi larangan-larangan-Nya. Dan di antara mereka ada orang-orang yang tidak mendapat taufik dari Allah subhanahu wata’ala, sehingga mereka berpaling dari kebenaran (tidak mau melaksanakannya) dan akhirnya mereka menjadi orang-orang yang merugi di dunia dan di akhirat.
Dan orang-orang yang mau berjalan di penjuru bumi ini dalam rangka mengambil ibroh (pelajaran), maka mereka akan dapat melihat bekas-bekas hukuman Allah subhanahu wata’ala terhadap orang-orang yang menentang-Nya, seperti kaum ‘ad, tsamud dan fir’aun.
Mutiara ayat
- Penjelasan bahwa manusia tidak di tinggalkan begitu saja.
- Risalah dari Allah subhanahu wata’ala bersifat umum bagi setiap umat manusia dan tidak ada satu selang masapun antara para rosul itu yang sama sekali tidak ada pengajaran ilmu dien.
- Tugas utama para rosul adalah berdakwah supaya manusia beribadah hanya kepada Allah subahanahu wata’ala dan mengingkari sesembahan selain-Nya.
- Hidayah taufik hanya milik Allah subahanahu wata’ala.
- Tidak mesti keputusan Allah subahanahu wata’ala terhadap sesuatu di kehendaki-Nya secara syar’i.
- Di sunahkan melakukan perjalanan di muka bumi dalam rangka mengambil ibroh atau pelajaran dari umat terdahulu.
Hubungan ayat dengan tauhid
Ayat ini menunjukkan wajibnya mengesakan Allah subahanahu wata’ala dalam beribadah
وَقَضَى رَبُّكَ أَلاَّ تَعْبُدُواْ إِلاَّ إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِندَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلاَهُمَا فَلاَ تَقُل لَّهُمَآ أُفٍّ وَلاَ تَنْهَرْهُمَا وَقُل لَّهُمَا قَوْلاً كَرِيمًا. )23( وَاخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ وَقُل رَّبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيرًا. (24). )الإسراء/23-24).
Artinya:” Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia” (23) “Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: “Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil.”(24) Qs: Al-Isro:23-24)
Penjelasan ayat
Allah subhanahu wata’ala memerintahkan kepada setiap orang mukallaf (orang yang telah mendapat beban syariat) supaya mereka mengesakan Allah subahanahu wata’ala dalam beribadah dan supaya mereka berbuat baik kepada kedua orang tua. Dia memperkuat hak ke dua orang tua dengan menyebutkannya setelah menyebutkan hak-Nya sendiri, kemudian (setelah itu) Allah subahanahu wata’ala menyebutkan hak mereka berdua yang lain, khususnya ketika kondisi mereka brdua telah sangat tua dan lemah, tidak boleh menampakkan kepada ke duanya sesuatu yang bisa menyebabkan hati keduanya terasa sempit, tidak boleh meninggikan suara dengan membentaknya, Dia memerintahkan supaya berlemah lembut terhadap ke duanya dalam bersikap dan bertutur kata dan mendoakanya semasa mereka masih hidup maupun setelah mereka meninggal dunia.
Mutiara ayat
- Wajib mengesakan Allah subhanahu wata’ala dalam beribadah
- Wajib berbakti kepada kedua orang tua baik kepada ibu maupun kepada bapak.
- Saling mencukupi ada dalam syariat islam.
Hubungan ayat dengan tauhid
Ayat ini menunjukan wajibnya mengesakan Allah dalam beribadah
وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا ۖ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا وَبِذِي الْقُرْبَىٰ وَالْيَتَامَىٰ وَالْمَسَاكِينِ وَالْجَارِ ذِي الْقُرْبَىٰ وَالْجَارِ الْجُنُبِ وَالصَّاحِبِ بِالْجَنْبِ وَابْنِ السَّبِيلِ وَمَا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ ۗ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ مَنْ كَانَ مُخْتَالًا فَخُورًا (النساء:36)
Artinya:” Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri“. (Qs:An-Nisa:36)
Penjelasan ayat
Karena ikhlas adalah merupakan dasar dari agama islam ini, maka Allah subhanahu wata’ala memulai ayat ini dengan memerintahkan (manusia) supaya memurnikan tauhid hanya kepada-Nya dan mengingkari sesembahan selain-Nya, kemudian Dia melanjutkan dengan (perintah)supaya berbuat baik kepada kedua orang tua karena mereka berdua adalah sebab yang nyata yang menyebabkan adanya manusia di dunia ini. Dan Allah subhananahu wata’ala tidak melupakan hak kerabat-kerabatnya, karena mereka adalah orang-orang yang sangat mengharapkan kebaikannya bahkan Allah subhanahu wata’ala tidak melupakan saudara-saudaranya sesama muslim yang lain. Dia mewasiatkan supaya mereka berbuat baik kepada anak-anak yatim secara umum dan orang-orang miskin baik orang-orang miskin yang dekat dengannya ataupun orang-orang miskin yang jauh, lalu Allah subahanahu wata’ala mewasiatkan supaya mereka menunaikan hak-hak orang-orang yang selalu bersama dengannya dalam kehidupan ini. Dia memulai dengan (menyebutkan hak) tetangga yang memiliki tiga macam hak yaitu hak sebagai orang muslim, hak sebagai kerabat dan hak sebagai tetangga, kemudian tetangga yang memiliki dua macam hak yaitu hak sebagai orang muslim dan hak sebagai tetangga, kemudian tetangga yang hanya memiliki satu macam hak saja,yaitu hak sebagai tetangga yaitu orang kafir dzimmi, kemudian Allah subhanahu wata’ala menyebutkan hak orang yang selalu bersama dengannya dan selalu mengharapkan kebaikannya seperti istri, teman seperjalanan dll. karena agama islam menetapkan (bagi pemeluknya) boleh berpindah dari satu negeri ke negeri yang lain dan juga boleh melakukan perjalanan jauh dalam rangka mencari rizki atau demi mengambil ibroh (dari kejadian-kejadian yang ada di luar daerahnya) maka Allah mewasiatkan kepada mereka supaya bersedia membantu para musafir yang membutuhkan bantuan, baik bantuan materi ataupun imateri. Dan sbagai penguat adanya keadilan dalam islam, islam tidak melupakan budak (hamba sahaya). Bahkan Allah subahanahu wata’ala mewasiatkan kepada mereka supaya mereka menunaikan hak-haknya, berbuat baik dan bersikap lembut terhadapnya serta tidak melupakan kedudukan mereka sebagai manusia. Karena amalan-amalan ini adalah amalan-amalan yang baik dan terkadang bisa menyebabkan seseorang ta’jub (merasa kagum) terhadap dirinya sendiri (karena telah melakukan amalan yang sangat mulia) maka Allah subhanahu wata’ala memperingatkan agar meraka tidak bersikap sombong dan berbangga diri karena kedua sifat itu bisa menyebabkan terhapusnya amalan yang telah ia lakukan.
Mutiara ayat
- Wajib beribadah hanya kepada Allah subhanahu wata’ala saja
- Wajib berbakti dan taat kepada kedua orang tua selama mereka tidak memerintahkan perbuatan maksiat, atau perbuatan yang bisa mencelakakan anaknya karena rosulullah shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda:”Tidak boleh melakukan perbuatan yang merugikan diri sendiri dan orang lain dan tidak boleh melakukan perbuatan yang merugikan diri sendiri.
- Di syari’atkan menyambung tali silaturohmi sesuai dengan hubungan kekerabatannya.
- Wajib berbuat baik kepada anak-anak yatim yang membutuhkan dengan cara menjaganya, mengajarkan kebaikan kepadanya dan dengan cara mengembangkan hartanya.
- Di sunahkan berbuat baik kepada orang-orang miskin dan perbuatan baik itu ada bermacam-macam
- Wajib menunaikan hak tetangga.
- Dorongan untuk berbuat baik kepada orang yang selalu menyertaimu dan mengharapkan kebaikanmu, baik teman sejawat dalam perjalanan ataupun teman sejawat selain dalam perjalanan (istri).
- Wajib membantu musafir yang kehabisan bekal.
- Wajib berbuat baik kepada para budak.
- Haramnya sifat sombong dan membangga-banggakan diri
- Penetapan sifat mahabbah (cinta) bagi Allah subahanahu wata’ala.
Hubungan ayat dengan tauhid
Ayat ini menunjukkan wajibnya memurnikan ibadah hanya kepada Allah subahanahu wata’ala dan wajibnya mengingkari sesembahan selain-Nya.
Ringkasan
Tetangga terbagi menjadi tiga jenis:
Pertama: tetangga yang memiliki tiga macam hak yaitu hak sebagai orang islam, hak sebagai kerabat dan hak sebagai tetangga.
Kedua: tetangga yang memiliki dua macam hak yaitu hak sebagai orang islam dan hak sebagai tetangga.
Ketiga: tetangga yang hanya memiliki satu macam hak yaitu hak sebagai tetangga.
Diterjemahkan dari Al-Jadid Syarah Kitab Tahuhid
Abu Layla Turahmin