بسم الله الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
Khutbah Pertama
إِنَّ الْحَمْدَ للهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا ومِنْ َسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
قال الله تعالى في القرآم الكريم
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ اتَّقُواْ اللّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُواْ رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُم مِّن نَّفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيراً وَنِسَاء وَاتَّقُواْ اللّهَ الَّذِي تَسَاءلُونَ بِهِ وَالأَرْحَامَ إِنَّ اللّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيباً
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلاً سَدِيداً. يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَن يُطِعْ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزاً عَظِيماً
أَمَّا بَعْدُ: فَإِنَّ خَيْرَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ وَخَيْرَ الْهُدَى هُدَى مُحَمَّدٍ صلى الله عليه وسلم وَشَرَّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا فَإِنَّ كُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِيْ النَّارِ
‘Ibadallah… jama’ah jum’at rohimani wa rohimakumulahu jami’an…
Marilah kita panjatkan puji syukur kehadirat Allah subhanahu wa ta’ala atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kita dapat berkumpul di tempat yang mulia ini dalam rangka untuk melaksanakan kewajiban yang telah ditetapkan Allah subhanahu wa ta’ala dalam keadaan sehat walafiat dan dalam keadaan masih beriman dan berislam, Allah subhanahu wa ta’ala memerintahkan kita bersyukur kepada-Nya di dalam al-Quran dalam surat Ibrahim: 7,
لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَاَزِيْدَنَّكُمْ وَلَئنْ كَفَرْتُمْ اِنَّ عَذَابِيْ لَشَدِيْدٌ
“Jika kamu bersyukur (atas nikmat-nikmat yang telah Aku berikan kepadamu) maka Aku akan menambah kenikmatan-kenikmatan itu, akan tetapi apabila kamu ingkar (kufur) maka sesungguhnya azab-Ku sangatlah pedih.” (QS: Ibrohim:7).
Dalam surat an-Nahl ayat: 18, Allah subhanahu wa ta’ala berfirman yang menegaskan kewajiban kita supaya bersyukur kepada-Nya, dengan menjelaskan bahwa nikmat-nikmat-Nya yang telah diberikan kepada kita sangatlah banyak tidak terhingga,
وَاِنْ تَعُدُّوْا نِعْمَةَ اللّٰهِ لَا تُحْصُوْهَا
“Dan jika kamu menghitung nikmat-nikmat Allah maka kamu tidak akan sanggup untuk menghitungnya.” (QS: An-Nahl:18).
Ma’asyiral muslimin rahimani wa rahimakumullah jami’an…
Tidak lupa pula selaku khatib pada khutbah Jum’at siang ini saya mengingatkan kepada diri saya pribadi dan kepada jama’ah sekalian untuk meningkatkan ketakwaan kepada Allah subhanahu wa ta’ala, karena ketakwaan ini merupakan bekal terbaik bagi kita di dunia ini maupun di akhirat kelak, Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,
وَتَزَوَّدُوْا فَاِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوٰىۖ
Artinya: Berbekallah kalian semua (dengan bekal takwa) karena sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah ketakwaan. (QS: Al-Baqoroh:197).
Selain itu orang-orang yang bertakwa akan mendapatkan jalan keluar terbaik dari setiap permasalahan yang dihadapinya, Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,
وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا * وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ. الطلاق: 2-3
Barangsiapa bertakwa kepada Allah maka Allah akan memberikan kepadanya jalan keluar dan akan memberikan rizki dari arah yang tidak disangka-sangka. QS: ath-Thalaq: 2-3.
Kemudian shalawat dan salam kita panjatkan kepada baginda nabi kita, Nabi Muhammad Shollallahu ‘Alaihi Wa Sallam.
Ma’asyiral muslimin rahimani wa rahimakumullah…
Pada kesempatan khutbah Juma’at ini khatib akan menyampaikan pembahasan tentang Mahalnya Hidayah, hidayah sangatlah mahal dan tidak setiap orang mendapatkan hidayah tersebut, hidayah yang khatib maksud di sini adalah hidayah taufik bukan hidayah al-irsyd wal bayan.
Hidayah memiliki dua makna pertama hidayah berupa petunjuk dan bimbingan atau yang biasa disebut hidyatul irsyad wal bayan, kedua hidayah taufik.
Pertama hidayah al-irsyad wal bayan (menunjukkan dan menjelaskan kebenaran).
Hidayah yang pertama bisa dilakukan oleh manusia, mereka mampu memberikan penjelasan tentang mana kebaikan dan mana keburukan, mana iman dan mana kekafiran, bahkan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam diutus untuk memberikan penjelasan dan petunjuk kepada umat manusia mana yang benar dan mana yang salah agar mereka selamat di dunia ini dan di akhirat kelak, Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,
وَاِنَّكَ لَتَهْدِيْٓ اِلٰى صِرَاطٍ مُّسْتَقِيْمٍۙ. سورة الشورى: 52
“Sesungguhnya engkau benar-benar membimbing (manusia) ke jalan yang lurus.” QS: Asy-Syura: 52.
Ayat ini menjelaskan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memiliki tugas untuk menjelaskan dan membimbing umatnya kepada kebenaran (syari’at Islam).
Kedua hidayah taufik.
Hidayah taufik ini merupakan sesuatu yang sangat mahal dan tak ternilai harganya, karena tidak semua orang mendapatkan hidayah tersebut, sebab hidayah itu hanya murni milik Allah subhanahu wa ta’ala semata dan hanya diberikan kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya, Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,
يُّضِلُّ مَنْ يَّشَاۤءُ وَيَهْدِيْ مَنْ يَّشَاۤءُۗ. سورة النحل: 93
“Dia menyesatkan siapa yang Dia kehendaki dan memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki (berdasarkan kesiapannya untuk menerima petunjuk).” QS: An-Nahl: 93.
ذٰلِكَ هُدَى اللّٰهِ يَهْدِيْ بِهٖ مَنْ يَّشَاۤءُ مِنْ عِبَادِهٖ. سورة الأنعام: 88
Demikian itu petunjuk Allah. Dengannya Dia memberi petunjuk kepada siapa saja di antara hamba-hamba-Nya yang Dia kehendaki. QS: Al-An’am: 88.
Allah subhanahu wa ta’ala menyesatkan siapa saja yang dikehendaki dan memberikan petunjuk kepada siapa saja yang dikehendaki, orang yang dikehendaki sesat oleh Allah subhanahu wa ta’ala pasti akan sesat, di manapun dia berada meskipun dia berada di tempat yang baik dan di lingkungan orang-orang shalih, demikian juga orang yang dikehendaki oleh-Nya untuk mendapatkan petunjuk maka pasti orang tersebut akan mendapatkan petujuk itu, di mana pun orang itu berada, meskipun orang itu berada di lingkungan orang-orang yang buruk.
Terkadang seseorang berada di lingkungan yang baik bahkan sangat mendukung untuk mendapatkan hidayah, banyak orang-orang shalih di sekitarnya, majelis ilmu pun makmur di tempat tersebut bahkan banyak sekali pendukung atau sarana-sarana yang secara logika orang tersebut akan dengan mudah mendapat petunjuk ke jalan yang benar, akan tetapi karena Allah subhanahu wa ta’ala menghendaki orang tersebut sesat, maka meskipun orang itu berada di lingkungan yang begitu luar biasa baiknya itu dia tidak mendapatkan hidayah taufik, tidak mau masuk Islam atau tidak mau mengamalkan ajaran Islam.
Berikut ini khathib akan menyampaikan beberapa contoh reel yang disebutkan dalam al-Quran bahwa lingkungan yang baik tidak lantas menjamin seseorang mendapat hidayah taufik dari Allah subhanahu wa ta’ala,
Contoh-contoh orang yang berada dilingkungan baik tapi tetap kafir dan tidak mendapat hidayah taufiq dari Allah subhanahu wa ta’ala:
Pertama: Istri Nabi Nuh alaihissalam dan kedua istri Nabi Luth alaihissalam.
ضَرَبَ اللّٰهُ مَثَلًا لِّلَّذِيْنَ كَفَرُوا امْرَاَتَ نُوْحٍ وَّامْرَاَتَ لُوْطٍۗ كَانَتَا تَحْتَ عَبْدَيْنِ مِنْ عِبَادِنَا صَالِحَيْنِ فَخَانَتٰهُمَا فَلَمْ يُغْنِيَا عَنْهُمَا مِنَ اللّٰهِ شَيْـًٔا وَّقِيْلَ ادْخُلَا النَّارَ مَعَ الدّٰخِلِيْنَ. سورة التحريم: 10
Allah membuat perumpamaan bagi orang-orang yang kufur, yaitu istri Nuh dan istri Lut. Keduanya berada di bawah (tanggung jawab) dua orang hamba yang saleh di antara hamba-hamba Kami, lalu keduanya berkhianat kepada (suami-suami)-nya. Mereka (kedua suami itu) tidak dapat membantunya sedikit pun dari (siksaan) Allah, dan dikatakan (kepada kedua istri itu), “Masuklah kamu berdua ke neraka bersama orang-orang yang masuk (neraka).” QS: At-Tahrim: 10.
Meskipun mereka berdua menjadi istri seorang nabi namun karena Allah subhanahu wa ta’ala tidak berkenan memberi hidayah taufik kepada mereka berdua, mereka berdua tetap kafir dan tidak mau masuk ke dalam agama Islam, sehingga mereka dimasukkan ke dalam neraka yang penuh siksaan.
Ketiga: Bapaknya Nabi Ibrahim alaihissalam
وَاِذْ قَالَ اِبْرٰهِيْمُ لِاَبِيْهِ اٰزَرَ اَتَتَّخِذُ اَصْنَامًا اٰلِهَةً ۚاِنِّيْٓ اَرٰىكَ وَقَوْمَكَ فِيْ ضَلٰلٍ مُّبِيْنٍ. سورة الأنعام: 74
(Ingatlah) ketika Ibrahim berkata kepada ayahnya, Azar, “Apakah (pantas) engkau menjadikan berhala-berhala itu sebagai tuhan? Sesungguhnya aku melihat engkau dan kaummu dalam kesesatan yang nyata.” QS: Al-An’am: 74.
وَمَا كَانَ اسْتِغْفَارُ اِبْرٰهِيْمَ لِاَبِيْهِ اِلَّا عَنْ مَّوْعِدَةٍ وَّعَدَهَآ اِيَّاهُۚ فَلَمَّا تَبَيَّنَ لَهٗٓ اَنَّهٗ عَدُوٌّ لِّلّٰهِ تَبَرَّاَ مِنْهُۗ اِنَّ اِبْرٰهِيْمَ لَاَوَّاهٌ حَلِيْمٌ. سورة التوبة: 113
“Adapun permohonan ampunan Ibrahim (kepada Allah) untuk bapaknya, tidak lain hanyalah karena suatu janji yang telah dia ikrarkan kepadanya. Maka, ketika jelas baginya (Ibrahim) bahwa dia (bapaknya) adalah musuh Allah, dia (Ibrahim) berlepas diri darinya. Sesungguhnya Ibrahim benar-benar seorang yang sangat lembut hatinya lagi penyantun.” QS: At-Taubah: 113.
Meskipun anaknya menjadi seorang nabi bahkan menjadi khalilullah, tapi karena Allah subhanahu wa ta’ala menghendakinya tetap berada dalam kesesatan dia pun tidak mau mengikuti agama anaknya yang lurus tersebut, dia tetap dalam keadaan kafir, bahkan Allah subhanahu wa ta’ala melarang Nabi Ibrahim alaihissalam memintakan ampun untuk bapaknya tersebut.
keempat: Abu Lahab
تَبَّتْ يَدَآ اَبِيْ لَهَبٍ وَّتَبَّۗ. مَآ اَغْنٰى عَنْهُ مَالُهٗ وَمَا كَسَبَۗ. سَيَصْلٰى نَارًا ذَاتَ لَهَبٍۙ. وَّامْرَاَتُهٗ ۗحَمَّالَةَ الْحَطَبِۚ. فِيْ جِيْدِهَا حَبْلٌ مِّنْ مَّسَدٍ. سورة اللهب: 1-5
‘Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan benar-benar binasa dia. Tidaklah berguna baginya hartanya dan apa yang dia usahakan. Kelak dia akan memasuki api yang bergejolak (neraka), (begitu pula) istrinya, pembawa kayu bakar (penyebar fitnah). Di lehernya ada tali dari sabut yang dipintal.” QS: AL-Lahab: 1-5.
Abu Lahab merupakan salah satu paman Nabi shallallahu alaihi wa sallam tapi dia tidak mau beriman kepadanya bahkan menjadi orang yang sangat memusuhi Nabi shallallahu alaihi wa sallam bahkan sampai Allah subhanahu wa ta’ala menurunkan surat al-Lahab, itu disebabkan karena tidak mendapat hidayah taufik dari Allah subhanahu wa ta’ala.
Kelima: Abu Thalib
عَنِ الزُّهْرِيِّ أَخْبَرَنِي سَعِيدُ بْنُ الْمُسَيِّبِ، عَنْ أَبِيهِ، قَالَ: لَمَّا حَضَرَتْ أَبَا طَالِبٍ الْوَفَاةُ جَاءَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم، فَوَجَدَ عِنْدَهُ أَبَا جَهْلٍ، وَعَبْدَ اللَّهِ بْنَ أَبِي أُمَيَّةَ بْنِ الْمُغِيرَةِ، فَقَالَ: أَيْ عَمِّ، قُلْ: لَا إِلَهَ إِلا اللَّهُ كَلِمَةً أُحَاجُّ لَكَ بِهَا عِنْدَ اللَّهِ
فَقَالَ أَبُو جَهْلٍ، وَعَبْدُ اللَّهِ بْنُ أَبِي أُمَيَّةَ: أَتَرْغَبُ عَنْ مِلَّةِ عَبْدِ الْمُطَّلِبِ. فَلَمْ يَزَلْ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم يَعْرِضُهَا عَلَيْهِ، وَيُعِيدَانِهِ بِتِلْكَ الْمَقَالَةِ، حَتَّى قَالَ أَبُو طَالِبٍ آخِرَ مَا كَلَّمَهُمْ: عَلَى مِلَّةِ عَبْدِ الْمُطَّلِبِ وَأَبَى أَنْ يَقُولَ: لَا إِلَهَ إِلا اللَّهُ، قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم: وَاللَّهِ لأَسْتَغْفِرَنَّ لَكَ مَا لَمْ أُنْهَ عَنْك فَأَنْزَلَ اللَّهُ سبحانه وتعالى: {مَا كَانَ لِلنَّبِيِّ وَالَّذِينَ آمَنُوا أَنْ يَسْتَغْفِرُوا لِلْمُشْرِكِينَ} [التَّوْبَة: 113] وَأَنْزَلَ اللَّهُ عز وجل فِي أَبِي طَالِبٍ، فَقَالَ لِرَسُولِ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم: {إِنَّكَ لَا تَهْدِي مَنْ أَحْبَبْتَ وَلَكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ} [الْقَصَص: 56]. هَذَا حَدِيثٌ مُتَّفَقٌ عَلَى صِحَّتِهِ
Demikian juga dengan paman Nabi shallallahu alaihi wa sallam Abu Thalib, meskipun dia meyakini kebenaran ajaran Nabi shallallahu alaihi wa sallam dan mengakui dalam hati bahwa Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam benar-benar seorang nabi dan rasul, namun karena Allah subhanahu wa ta’ala tidak menghendakinya untuk mendapat hidayah taufik akhirnya dia pun meninggal tetap dalam keadaan tidak masuk ke dalam Islam.
Keenam: orang-orang munafik di zaman Nabi shallallahu alaihi wa sallam.
اِذَا جَاۤءَكَ الْمُنٰفِقُوْنَ قَالُوْا نَشْهَدُ اِنَّكَ لَرَسُوْلُ اللّٰهِ ۘوَاللّٰهُ يَعْلَمُ اِنَّكَ لَرَسُوْلُهٗ ۗوَاللّٰهُ يَشْهَدُ اِنَّ الْمُنٰفِقِيْنَ لَكٰذِبُوْنَۚ. سورة المنافقون: 1
Apabila orang-orang munafik datang kepadamu (Nabi Muhammad), mereka berkata, “Kami bersaksi bahwa engkau adalah benar-benar utusan Allah.” Allah mengetahui bahwa engkau benar-benar utusan-Nya. Allah pun bersaksi bahwa orang-orang munafik itu benar-benar para pendusta. QS: AL-Munafiqun.
Orang-orang munafik meskipun secara lahiriyan mereka terlihat muslim dan mereka bersama Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dalam satu lingkungan bahkan shalat bersama beliau tapi karena Allah subhanahu wa ta’ala tidak menghendaki untuk memberikan hidayah taufik kepada mereka, mereka tetap ingkar meskipun dalam hati, dan rasa ingkar dalam hati itulah yang menyebabkan mereka menjadi orang-orang munafik.
Contoh-contoh di atas menunjukkan betapa mahalnya hidayah taufik itu dan hidayah itu hanya diberikan kepada orang-orang yang dikehendaki oleh Allah subhanahu wa ta’ala untuk mendapatkannya. Oleh karena itu kita harus bersyukur kepada Allah subahanhu wa ta’ala ketika kita diberi hidayah taufik untuk menjadi orang-orang muslim dan berusaha selalu menjaga dan merawatnya sebaik mungkin agar hidayah taufik itu tetap kekal di dalam diri kita sehingga kita menjadi orang-orang yang beruntung di dunia ini dan di akhirat kelak. Amin ya Rabbal Alamin.
Sebaliknya meskipun seseorang berada di lingkungan yang tidak baik sekali pun bahkan jika lingkungan itu sama sekali tidak mendukung kita untuk mendapat hidayah taufik tapi jika Allah subhanahu wa ta’ala menghendakinya untuk mendapat hidayah taufik maka sesulit apa pun orang itu pasti akan mendapatkannya, berikut ini khatib akan menyampaikan contoh-contoh orang yang mendapat hidayah taufik meskipun berada di lingkungan yang buruk dan tidak mendukungnya untuk mendapatkan hidayah taufik.
Contoh-contoh orang yang berada di lingkungan yang buruk tetapi mendapt mendapat hidayah taufiq dari Allah subhanahu wa ta’ala:
Pertama; Istri Fi’aun
وَضَرَبَ اللّٰهُ مَثَلًا لِّلَّذِيْنَ اٰمَنُوا امْرَاَتَ فِرْعَوْنَۘ اِذْ قَالَتْ رَبِّ ابْنِ لِيْ عِنْدَكَ بَيْتًا فِى الْجَنَّةِ وَنَجِّنِيْ مِنْ فِرْعَوْنَ وَعَمَلِهٖ وَنَجِّنِيْ مِنَ الْقَوْمِ الظّٰلِمِيْنَۙ. سورة التحريم: 11
Allah juga membuat perumpamaan bagi orang-orang yang beriman, yaitu istri Fir‘aun, ketika dia berkata, “Ya Tuhanku, bangunkanlah untukku di sisi-Mu sebuah rumah dalam surga, selamatkanlah aku dari Fir‘aun dan perbuatannya, serta selamatkanlah aku dari kaum yang zalim.” QS: At-Tahrim: 11.
Istri Fir’aun meskipun dia berada di lingkungan yang sangat buruk di tengah-tengah orang-orang kafir bahkan menjadi istri orang yang paling kafir karena sampai mengaku menjadi tuhan tapi karena Allah subhanahu wa ta’ala menghendakinya untuk mendapat hidayah taufik dia pun mendapatkan hidayah tersebut dan akhirnya masuk Islam dengan beriman kepada Nabi Musa alaihissalam dan dia pun di akhirat masuk surga.
Kedua: Orang yang telah membunuh 99 orang dan akhirnya bertaubat
عَنْ أبِى سَعِيدٍ الخُدْرِىِّ، عَنِ النَّبِىِّ صلى الله عليه وسلم: ” أنَّ رَجُلاً قَتَلَ تِسْعَةً وَتِسْعِينَ نَفْسًا، فَجَعَلَ يَسْألُ: هَلْ لَهُ مِنْ تَوْبَة؟ فَأتَى رَاهِبًا فَسَألَهُ فَقَالَ: لَيْسَتْ لَكَ تَوْبَةٌ، فَقَتَلَ الرَّاهِبَ. ثُمَّ جَعَلَ يَسْألُ، ثُمَّ خَرَجَ مِنْ قَرْيَةٍ إلى قَرْيَةٍ فِيها قَوْمٌ صَالِحُونَ، فَلَمَّا كَانَ فِى بَعْضِ الطَّرِيقِ أدْرَكَهُ المَوْتُ، فَنأى بصَدْرِهِ، ثُمَّ مَاتَ. فَاخْتَصَمَتْ فِيهِ مَلائِكَةُ الرَّحَمَةِ وَمَلاِئكَةُ العَذَابِ، فَكَانَ إلى القَرْيَةِ الصَّالِحَةِ أَقْرَبَ مِنْهَا بِشِبْرٍ، فَجُعِلَ مِنْ أهلِهَا “. رواه مسلم: 2/457 رقم: 1776
Dari Abu Sa’id Al-Khudri radhiyallahu anhu dari Nabi shallallahu alaihi wa sallam, “Sesungguhnya ada seorang laki-laki yang telah membunuh sembilan puluh sembilan (99) jiwa.
Lalu ia bertanya-tanya, ‘Apakah ada kesempatan baginya untuk bertaubat?’
Kemudian ia mendatangi seorang rahib (pendeta) dan bertanya kepadanya. Rahib itu menjawab, ‘Tidak ada taubat bagimu!’ Maka, laki-laki itu pun membunuh rahib itu. (Dengan demikian, ia telah menggenapkan menjadi seratus (100) jiwa yang ia bunuh).
Setelah itu, ia terus bertanya (tentang taubat). Kemudian, ia pergi dari satu desa ke desa lain yang di sana terdapat kaum yang saleh.
Ketika ia berada di tengah perjalanan, kematian menjemputnya. Ia pun memajukan dadanya (berusaha merangkak) ke arah desa yang saleh, kemudian ia meninggal.
Maka, malaikat rahmat dan malaikat azab berselisih (mengenai siapa yang berhak mengambil ruhnya).
(Kemudian, Allah memerintahkan untuk mengukur jarak.) Ternyata, ia lebih dekat satu jengkal ke desa yang saleh itu. Maka, ia pun dijadikan termasuk dari penduduk desa tersebut (yakni, dosa-dosanya diampuni dan ia masuk Surga).”
Bayangkan! orang yang telah membunuh 99 nyawa karena Allah subhanahu wa ta’ala menghendakinya untuk emndapat hidayah taufik akhirnya orang itu bertaubat, meninggal dalam keadaan khusnul khatimah dan termasuk ahli surga.
Contoh-contoh yang penulis paparkan di dalam pembahasan ini menunjukkan betapa mahalnya hidayah taufik itu dan tidak setiap orang mendapatkannya, dan ketika khatib menjelaskan bahwa lingkungan yang baik tidak menjamin seseorang mendapat hidayah taufik dan lingkungan buruk bukan sebagai penghalang seseorang untuk mendapat hidayah taufik, tetapi lingkungan yang baik dan mendukung untuk mendapatkan hidayah taufik sangat diperlukan oleh setiap orang, sehingga ketika seseorang mendapat atau berada di lingkungan yang baik hendaknya dia berusaha untuk menjaga lingkungan itu dan bersyukur kepada Allah subhanahu wa ta’ala karena telah diberi lingkungan yang baik.
بارَك الله لي ولَكم في القرآنِ العظيمِ، ونفَعني وإيّاكم بما فيه من الآياتِ والذّكر الحكيم، أقولُ قولي هذَا، وأستغفِر اللهَ العظيمَ الجليلَ لي ولكم ولِسائر المسلمين مِن كلّ ذنب، فاستَغفروه وتوبوا إِليه، إنّه هو الغفور الرحيم
Khutbah Kedua
الحَمْدُ للهِ رَبِّ العَالمِيْنَ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى أَشْرَافِ الأَنْبِيَاءِ وَالمرْسَلِيْنَ نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْن
Ma’asyirol Muslimin Rahimani wa Rahimakumullahu Jami’an
اِنَّكَ لَا تَهْدِيْ مَنْ اَحْبَبْتَ وَلٰكِنَّ اللّٰهَ يَهْدِيْ مَنْ يَّشَاۤءُ. سورة القصص: 56
Sesungguhnya engkau (Nabi Muhammad) tidak (akan dapat) memberi petunjuk kepada orang yang engkau kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki (berdasarkan kesiapannya untuk menerima petunjuk). QS: Al-Qashash: 56.
Ayat ini menegaskan bahwa hidayah taufik hanya di tangan Allah subhanahu wa ta’ala dan tidak ada yang mampu memberiakan hidayah tersebut selain-nya.
Demikian Khutbah Jumat pada siang hari ini semoga bermanfaat bagi khathib dan juga bagi seluruh jama’ah, mohon maaf jika ada kesalahan dan kesalahan itu dari diri khatib pribadi semoga dimaafkan dan diampuni oleh Allah subhanahu wa ta’ala dan jika ada benarnya semoga menjadi amal shalih dan berpahala di sisi-Nya serta semoga kita bisa mengamalkannya.
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا. الأحزاب: 56.
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ، وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالمسْلِمَاتِ وَالمؤْمِنِيْنَ وَالمؤْمِنَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَاتِ
رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ
اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الهُدَى وَالتُّقَى وَالعَفَافَ وَالغِنَى
اللَّهُمَّ اكْفِنَا بِحَلاَلِكَ عَنْ حَرَامِكَ وَأَغْنِنَا بِفَضْلِكَ عَمَّنْ سِوَاكَ
اللَّهُمَّ أَحْسِنْ عَاقِبَتَنَا فِى الأُمُورِ كُلِّهَا وَأَجِرْنَا مِنْ خِزْىِ الدُّنْيَا وَعَذَابِ الآخِرَةِ
اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ وُلَاةَ أُمُوْرِنَا، اَللَّهُمَّ وَفِّقْهُمْ لِمَا فِيْهِ صَلَاحُهُمْ وَصَلَاحُ اْلإِسْلَامِ وَالْمُسْلِمِيْنَ اَللَّهُمَّ أَبْعِدْ عَنْهُمْ بِطَانَةَ السُّوْءِ وَالْمُفْسِدِيْنَ وَقَرِّبْ إِلَيْهِمْ أَهْلَ الْخَيْرِ وَالنَّاصِحِيْنَ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ
رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
وَصَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ ومَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن
وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنِ
Abu Layla Turahmin. BA, S.Pd, M.H.
Jum’at, 03 Oktober 2025. 09.03.
Majid Ubudiyah