Kesalahan-kesalahan Ketika Bersuci

74 Pembaca

Pemateri Syaikh Arif Anwar
Masjid Bin Baz Kamis 03 10 2024.

Kesalahan-kesalahan ketika bersuci dan shalat.

Memisahkan antara berkumur-kumur dan beristinsyaq (menyedot air ke hidung).

Yang benar berkumur-kumur dan memasukkan air ke dalam hidung dilakukan secara berangkaian tidak dipisah dengan menggunakan tangan kanan.

Cara Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam berkumur-kumur dan memasukkan air ke hidung dilakukan secara berurutan dengan satu kali cidukan air dengan menggunakan tangan kanan dan ketika mengeluarkan air dari hidung dan hidung dipegang (ditekan) dengan tangan kiri.

Tidak bersungguh-sungguh dalam berkumur dan memasukkan (menyedot) air ke hidung.

Bersungguh-sungguh dalam berkumur-kumur adalah dengan cara menggerak-gerakkan air yang telah dimasukkan ke dalam mulut (air yang dimasukkan ke mulut hendaknya cukup banyak) kemudian air dibuang dari mulut meskipun hukumnya boleh air tersebut ditelan tapi sebaiknya di buang.

Bersungguh-sungguh ketika menyedot air ke hidung adalah menyedotnya dengan cukup kuat sampai ke pangkal hidung kecuali jika sedang puasa kemudian air tersebut di keluarkan dengan keras.

Kenapa Nabi Shallallahu Alaihi Wa Sallam memerintahkan bersungguh-sungguh ketika memasukkan air ke hidung ketika sedang tidak berpuasa sementara ketika sedang berpuasa tidak boleh terlalu kuat ketika menyedotnya ke hidung dan ketika kumur-kumur tidak ada larang demikian (tetap harus bersungguh-sungguh ketika berkumur-kumur baik ketika tidak berpuasa maupun ketika berpuasa)?

Jawab: Karena semua orang mengetahui bahwa masuknya air ke dalam perut lewat mulut membatalkan puasa sementara tidak semua orang mengetahui bahwa masuknya air lewat hidung itu juga membatalkan puasa.

Berkumur-kumur dan menyedot air ke hidung dengan menggunakan tangan kanan sedangkan mengeluarkannya dari hidung dengan tangan kiri. karena setiap perbuatan yang mulia dilakukan dengan tangan kanan sedangkan untuk bersih-bersih badan dari kotoran dilakukan dengan menggunakan tangan kiri.

Abu Layla Turahmin, M.H.

Tinggalkan komentar