ALLAH BERBICARA

9 Pembaca

Disarikan dari kajian Syaikh Bawadi

Masjid Jamikurrahman

Kamis, 12 Juni 2025. 18.54

الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى ٱله وصحبه ومن والاه. أما بعد

Kalam Allah subhanahu wa ta’ala

Sifat Kalam/berbicara merupakan sifat Allah subhanahu wa ta’ala yang paling banyak terjadi khilaf di antara Ahlussunnah Denga Ahlul bid’ah.

Mutakallimin disebut ahlul kalam adalah karena mereka menolak sifat Kalam bagi Allah subhanahu wa ta’ala.

Pencetus penolakan sifat Kalam bagi Allah subhanahu wa ta’ala adalah Ja’d bin Dirham.

ومن أصدق من الله حديثا

وإذ قال الله يا عيسى ابن مريم

وكلم الله موسى تكليما

ولما جاء موسى لميقاتنا وكلمه ربه

Allah subhanahu wa ta’ala berbicara dengan suara dan huruf secara hakiki.

Ayat-ayat di atas dengan sangat jelas menunjukkan bahwa Allah subhanahu wa ta’ala berbicara dengan suara dan huruf-huruf secara hakiki, benar-benar berbicara bukan majasi.

Muktazilah mengingkari sifat Kalam bagi Allah subhanahu wa ta’ala dan mereka berpendapat Kalam Allah subhanahu wa ta’ala adalah makhluk.

Ahlussunnah berpendapat bahwa Allah berbicara sesuai dengan kemaha tinggian dan kemaha besarannya.

Kullabiyah dan Asy’ariyah menyelisih pendapat Ahlussunnah wal jama’ah dalam masalah Kalam bagi Allah.

Mereka berpendapat bahwa Allah subhanahu wa ta’ala tidak berbicara dengan huruf dan suara tapi kalam-Nya adalah Kalam nafsi.

Kelompok Salimiyah juga menyelisihi pendapat Ahlussunnah wal jama’ah demikian juga al-Karromiyah.

Sifat kalam bagi Allah subhanahu wa ta’ala mereka ingkari karena jika ditetapkan akan menyebabkan Allah subhanahu wa ta’ala sama dengan makhluk-Nya padahal Allah subhanahu wa ta’ala berbeda dengan mereka.

Allah berbicara dengan Kalam hakiki bukan majasi

Alah berbicara dengan suara dan huruf sesuai dengan kemaha tinggian dan kemaha besaran-Nya dan didengar oleh siapa saja yang dikehendakinya.

Allah berbicara kapan saja, di mana saja dan bagaimana saja sesuai dengan kehendak-Nya.

Jika Allah subhanahu wa ta’ala menghendaki untuk tidak berbicara ya Allah subhanahu wa ta’ala tidak berbicara

Sifat Kalam bagi Allah termasuk sifat zatiyah dan sifat fi’liyah sekaligus.

Termasuk sifat zatiyah karena sifat itu melekat pada diri Allah subhanahu wa ta’ala.

Termasuk sifat fi’liyah karena sifat tersebut dilakukan sesuai dengan kehendak-Nya kapan berbicara dan bagaimana berbicara.

Mutakallim bukan termasuk nama Allah subhanahu wa ta’ala meskipun Allah subhanahu wa ta’ala memiliki sifat Kalam. Karena semua nama Allah subhanahu wa ta’ala pasti mengandung sifat tapi tidak sebaliknya.

Banyak sekali ayat-ayat yang menunjukkan bahwa Allah subhanahu wa ta’ala memiliki sifat Kalam, bahkan al-Quran itu sendiri merupakan Kalam Allah secara hakiki, huruf dan suaranya dari Allah subhanahu wa ta’ala dan didengar oleh malaikat Jibril alaihissalam. Al-Quran berasal dari Allah subhanahu wa ta’ala dan kelak akan kembali kepada-Nya.

Al-Quran adalah kalamullah bukan makhluk.

Kalam Allah merupakan sifat Allah subhanahu wa ta’ala dan bukan makhluk-Nya.

حتى يسمع كلام الله

Ayat ini merupakan dalil bahwa Allah subhanahu wa ta’ala memiliki sifat Kalam secara hakiki.

Muktazilah berpendapat bahwa al-Quran adalah makhluk ciptaan Allah tentu pendapat ini keliru.

Idhofah kepada Allah subhanahu wa ta’ala ada dua macam yaitu

Idhofah sifat

Idhofah sifat seperti, kalamullah, ilmullah, sam’ullah dll

Idhofah ain (zat)

Idhofah ain seperti, baitullah, naqotullah, malaikatullah, rasulullah, nabiyyullah, dll.

Kedua idhofah itu tentu berbeda, idhofah kedua merupakan idhofah tasyrif dan ta’dhim karena disandarkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Sedangkan idhofah pertama merupakan idhofah sifat kepada yang disifati.

Muktazilah menyamakan kedua idhofah itu menjadi satu yaitu idhofatu tasyrif.

Ringkasan

Al-Quran yang berbahasa Arab adalah kalamullah, yang diturunkan (kepada Nabi Muhammad shalallahu alaihi wa salam, merupakan Kalam-Nya secara hakiki, bukan makhluk, berasal dari-Nya dan akan kembali kepada-Nya, Allah berbicara dalam al-Quran secara hakiki, al-Quran merupakan kalam-Nya, bukan kalam selain-Nya, apabila manusia membacanya, atau menulisnya dalam mushaf hal itu tidak mengeluarkan al-Quran menjadi bukan kalamullah, karena kalam itu secara hakiki disandarkan kepada yang mengucapkannya pertama sekali, bukan disandarkan kepada yang menyampaikannya, Allah subhanahu wa ta’ala berbicara dengan huruf dan maknanya dengan lafadz dari-Nya, tidak ada sedikitpun isi al-Quran yang merupakan Kalam selain kalam-Nya, baik malaikat Jibril maupun Nabi Muhammad shalallahu alaihi wa salam dan tidak pula selain mereka berdua, dan Allah subhanahu wa ta’ala juga berbicara dengan suaranya sendiri, Jika manusia membacanya maka dia membacanya dengan suaranya sendiri, jika seseorang misalnya membaca,

الحمد لله رب العالمين

maka kalam yang terdengar itu adalah Kalam Allah subhanahu wa ta’ala, Bukan Kalamnya manusia itu sendiri, meskipun dia membacanya dengan suaranya sendiri bukan denga suara Allah subhanahu wa ta’ala.

Al-Quran kalamullah bukan makhluk, meskipun mushaf, kertas dan tintanya itu makhluk tapi al-Quran tetap kalamullah bukan makhluk.

Abu Layla Turahmin, M.H.

Kamis, 12 Juni 2025. 20.07.

Tinggalkan komentar