TIDAK BOLEH MENYEMBELIH (BERKORBAN) UNTUK ALLAH DI TEMPAT YANG BIASA DIGUNAKAN BERKORBAN UNTUK SELAIN ALLAH SUBHANAHU WA TA’ALA

145 Pembaca

TIDAK BOLEH MENYEMBELIH (BERKORBAN) UNTUK ALLAH DI TEMPAT YANG BIASA DIGUNAKAN BERKORBAN UNTUK SELAIN ALLAH SUBHANAHU WA TA’ALA

لَا تَقُمْ فِيْهِ اَبَدًاۗ لَمَسْجِدٌ اُسِّسَ عَلَى التَّقْوٰى مِنْ اَوَّلِ يَوْمٍ اَحَقُّ اَنْ تَقُوْمَ فِيْهِۗ فِيْهِ رِجَالٌ يُّحِبُّوْنَ اَنْ يَّتَطَهَّرُوْاۗ وَاللّٰهُ يُحِبُّ الْمُطَّهِّرِيْنَ (التوبة: 108)

            Artinya: “Janganlah kamu bersembahyang dalam masjid itu selama-lamanya, sesungguhnya masjid yang didirikan atas dasr takwa (masjid quba) sejak hari pertama adalah lebih patut kamu sholat di dalamnya. Di dalam masjid itu ada orang-orang yang ingin membersihkan diri dan Allah menyukai orang-orang yang bersih”. QS: At-taubah:108.

Penjelasan Ayat

            Dalam ayat ini Allah subhanahu wata’ala melarang Nabi-Nya Muhammad shollallhu ‘alaihi wasallam sholat di Masjid Dhiror yang di bangun sejak pertama kali didasari tujuan yang buruk. Dan Allah subhanahu wa ta’ala memerintahkan mereka supaya sholat di masjid yang dibangun sejak pertama kali dengan di dasari ketaatan kepada Allah subhanahu wa ta’ala dan rosul-Nya, kemudian Allah subhanahu wa ta’ala memuji jama’ah masjid ini dan menyebutkan bahwa mereka adalah orang-orang yang selalu bersemangat untuk bersuci dan menjaga kebersihan, selanjutnya Allah subhanahu wata’ala  menjelaskan bahwa Ia mencintai orang-orang yang selalu mensucikan diri dari kotoran dan najis dan dari keburukan syirik.   

Mutiara Ayat:

  1. Haram hukumnya memberi dorong untuk berbuat batil.
  2. Kewajiban mengingkari kemungkaran bisa merendahkan para pelakunya.
  3. Penjelasan bahaya orang-orang munafiq bagi umat islam dan kewajiban berhati-hati terhadap mereka.
  4. Keutamaan masjid quba.
  5. Penetapan sifat mahabbah (cinta) bagi Allah subhanahu wa ta’la.
  6. Islam sangat memperhatikan kebersihan.
  7. Haram sholat di masjid dhiror atau di tempat (bekas) masjid itu selamanya sampai hari kiamat.

عن ثابت بن الضحاك رضي الله عنه قال ((نذر رجل أن ينحر إبلا ببوانة فقال النبي صلى الله عليه وسلم هل فيها وثن من أوثان الجاهلية يعبد؟ فقالوا:لا قال: فهل كان فيها عيد من أعيادهم؟ فقالوا: لا, فقال رسول الله صلي الله عليه وسلم أوف بنذرك فأنه لا وفاء لنذر في معصية الله و لا فيما لا يملك بن آدم)) رواه أبو داود و إسنده علي شرطهما

            Artinya: Dari Tsabit bin Dhohak rodhiyallahu ‘anhu berkata:”ada seorang laki-laki yang bernadzar untuk menyembelih seekor unta di bawwanah (nama tempat di bawah makkah).

Lalu Nabi shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Apakah di tempat itu ada berhala dari berhala-berhala jahiliyah yang di sembah?”

Ia menjawab: “Tidak ada (wahai Rasulullah)”.

Beliau bersabda: “Apakah dahulu tempat itu pernah di jadikan sebagai tempat perayaan orang-orang jahiliyah?”

Ia berkata: “Tidak pernah (wahai Rasulullah)”.

Beliau bersabda: “Penuhilah nadzarmu itu! Sesungguhnya tidak boleh melaksanakan nadzar dalam rangka bermaksiat kepada Allah subhanahu wa ta’ala dan (melaksanakan nadzar dengan) apa yang tidak di miliki anak adam”. HR:Abu dawud dan sanadnya sesuai dengan syarat imam bukhori dan imam muslim.

Penjelasan Hadis

            Tsabit bin dhohak rodhiyallahu ‘anhu mengabarkan kepada kita bahwa ada seorang laki-laki yang bernadzar untuk menyembelih seekor onta di tempat yang di sebut bawwanah, kemudian Nabi shollallahu ‘alaihi wasallam mendiskusikan masalah itu.  Apakah di tempat tersebut ada berhala yang di sembah orang-orang jahiliyah atau apakah tempat itu pernah di jadikan sebagai tempat perayaan orang-orang jahiliyah? Setelah beliau mengetahui tempat tersebut tidak bermasalah beliau memerintahkanorang itu untuk memenuhi nadzarnya, setelah itu beliau beliau menutup dengan hukum yang umum  bagi umatnya dengan perkataan: “Tidak ada nadzar dalam bermaksiat kepada Allah subhahu wa ta’ala dan dengan sesuatu yang tidak di miliki bani adam.                         

Mutiara Hadis:

  1. Wajib menunaikan nadzar yang bukan maksiat kepada Allah subhanahu wa ta’ala dan bukan sesuatu yang mustahil di lakukan.
  2. Seorang mufti disyariatkan berdialog terlebih dahulu sebelum berfatwa.
  3. Haram melaksanakan ketaatan di tempat yang biasa di gunakan untuk bermaksiat kepada Allah subhanahu wa ta’ala.
  4. Haram menunaikan nadzar maksiat kepada Allah subhanahu wa ta’ala , dan harus di tebus dengan kafarah al-yamin (sumpah).
  5. Tidak boleh bernadzar dengan sesuatu yang tidak dimilika bani adam.
  6. Boleh menentukan tempat dan waktu untuk melaksanakan nadzar.

Hubungan Hadis dengan Bab

            Hadis ini menunjukkan tidak boleh melakukan ketaatan kepada Allah di tempat yang biasa di gunakan untuk bermaksiat kepada Allah misalnya mnyembelih di tempat yang biasa di gunakan menyembelih untuk selain Allah subhanahu wa ta’ala.

Hubungan Hadis dengan Tauhid

            Hadis ini menunjukkan haram hukumnya segala sesuatu yang bisa menjerumuskan kedalam syirik.

Abu Layla Turahmin, M.H.

Diterjemahkan dari Kitab Al-Jadid, Syarah Kitab Tauhid.

Tinggalkan komentar