QOWAID ARBA’ 2

153 Pembaca

،قال الشيخ محمد بن عبد الوهاب رحمه الله تعالى:

اعلم أرشدك الله لطاعته أن الحنيفية ملة إبراهيم، أن تعبد الله وحده مخلصا له الدين، كما قال تعال

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْاِنْسَ اِلَّا لِيَعْبُدُوْنِ. ((الذاريات: 56).

فإذا عرفت أن الله خلقك لعبادته، فاعلم أن العبادة لا تسمى عبادة إلا مع الطهارة، فإذا دخل الشرك في العبادة فسدت، كالحدث إذا دخل في الطهارة.

فإذا عرفت أن الشرك إذا خالط العبادة أفسدها وأحبط العمل وصار صاحبه من الخالدين في النار، عرفت أن أهم ما عليك هو معرفة ذلك، لعل الله أن يخلصك من هذه الشبكة، وهي: الشرك بالله، الذي قال تعالى: اِنَّ اللّٰهَ لَا يَغْفِرُ اَنْ يُّشْرَكَ بِهٖ وَيَغْفِرُ مَا دُوْنَ ذٰلِكَ لِمَنْ يَّشَاۤءُ ۚ (النساء: 48).

وذلك بمعرفة أربع قواعد ذكرها الله تعالى في كتابه.

Dalam kitabnya ini -Qowa’idul Arba’- Syaikh muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullahu ta’ala membuka risalahnya dengan sebuah arahan kepada para penuntut ilmu supaya mengetahui ilmu, kemudian beliau mendoakan mereka supaya mendapatkan hidayah, petunjuk, taufik dan bimbingan dari Allah subhanahu wa ta’ala sehingga mampu memperoleh ilmu yang bermanfaat dan mampu mengamalkannya.

Setelah itu beliau menjelaskan bahwa agama yang lurus dan bersih adalah agama Nabi Ibrohim ‘alaihissalam.

Yaitu agama yang memerintahkan supaya hanya beribadah kepada Allah subhanahu wa ta’ala saja tidak menyekutukannya dengan sesuataupun, agama itu murni hanya untuk-Nya semata dan ibadah hanya ditujukan kepada-Nya.

Sehingga kekhusukan, kerendahan, tunduk dan patuh hanya untuk Allah subhanahu wa ta’ala. Sebagaimana firman-Nya dalam surat az-Zumar ayat: 11-12 dan ayat 14,

قُلْ اِنِّيْٓ اُمِرْتُ اَنْ اَعْبُدَ اللّٰهَ مُخْلِصًا لَّهُ الدِّيْنَ. وَاُمِرْتُ لِاَنْ اَكُوْنَ اَوَّلَ الْمُسْلِمِيْنَ. قُلِ اللّٰهَ اَعْبُدُ مُخْلِصًا لَّهٗ دِيْنِيْۚ (الزمر: 11-12 &14).

Katakanlah, “Sesungguhnya aku diperintahkan untuk menyembah Allah dengan mengikhlaskan ketaatan kepada-Nya. Aku diperintahkan untuk menjadi orang pertama (dari umatnya) yang berserah diri (kepada Allah).” Katakanlah, “Hanya Allah yang aku sembah dengan mengikhlaskan ketaatanku kepada-Nya.” QS: az-Zumar: 11-12 &14.

Inilah agama Nabi Ibrohim ‘alaihissalam yang lurus yang mengarahkan supaya hanya menujukan segala macam bentuk ibadah kepada Allah subhanahu wa ta’ala semata dan berpaling dari selain-Nya. Ibadah seperti inilah yang diperintahkan Allah subhanahu wa ta’ala kepada semua hamba-hamba-Nya dan yang menjadi tujuan utama diciptakannya jin dan manusia, sebagaimana dalam firman-Nya,

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْاِنْسَ اِلَّا لِيَعْبُدُوْنِ. الذاريات:56.

Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku. QS: az-Zariat: 56.

Ayat tersebut menjelaskan bahwa tujuan utama Allah subhanahu wa ta’ala menciptakan jin dan manusia adalah supaya mereka hanya beribadah kepada-Nya dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan Allah subhanahu wa ta’ala telah memerintahkan hal itu kepada semua manusia tanpa terkecuali melalui lisan para rasul-Nya. Allah berfirman,

اعْبُدُوا اللّٰهَ مَا لَكُمْ مِّنْ اِلٰهٍ غَيْرُهٗۗ

sembahlah Allah (karena) tidak ada tuhan bagi kamu selain Dia.” QS: al-a’rof 59.

اعْبُدُوا اللّٰهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوْتَۚ

“Sembahlah Allah dan jauhilah tagut!” QS: an-Nahl: 36.

Setelah itu syaikh menekankan perkara yang sangat penting yaitu, “Ketahuilah bahwa ibadah tidaklah disebut sebagai ibadah kecuali jika didasari dengan tauhid.” Barangsiapa beribadah kepada Allah diiringi dengan beribadah kepada selain-Nya orang tersebut tidak disebut beribadah kepada Allah subhanahu wa ta’ala, dan tidak terhitug sebagai ibadah karena ibadah tidak bisa disebut sebagai ibadah kecuali jika dilandasi tauhid.

Kemudian Syaikh menyamakan hal tersebut dengan shalat, “sebagaimana shalat tidak disebut sebagai shalat kecuali jika (dikerjakan) dalam keadaan suci.” Orang yang mengerjakan shalat akan tetapi shalatnya tidak di dasari thaharah maka shalatnya batal, tidak sah.

Sebagaimana diketahui bersama bahwa orang yang mengerjakan shalat kemudian terkena hadas maka shalatnya batal demikian juga ibadah jika ibadah tersebut dinodai kesyirikan maka ibadah itu menjadi rusak atau batal. syirik itu membatalkan ibadah seperti halnya hadas membatalkan shalat.

Dan jika syirik tersebut termasuk syirik akbar maka hancurlah semua amal ibadahnya yang dilakukan selama ini. Allah berfirman,

. لَىِٕنْ اَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ. الزمر: 65

“Sungguh, jika engkau mempersekutukan (Allah), niscaya akan gugurlah amalmu.” QS: az-Zumar: 65.

وَلَوْ اَشْرَكُوْا لَحَبِطَ عَنْهُمْ مَّا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ. الأنعام: 88

Seandainya mereka mempersekutukan Allah, pasti sia-sialah amal yang telah mereka kerjakan. QS: al-An’am: 88.

Abu Layla Turahmin, M.H.

Pon Pes Bin Baz

25 agustus 2023, 16.00

Tinggalkan komentar