PUASA SURO

114 Pembaca

Materi Kajian Bulanan di Masjid Imam Syafi’i Puring Kebumen.

Ahad, 14 Juli 2024, 8 Muharam 1446, bakda Maghrib.

Puasa Sepuluh Muharam


السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه ومن والاه. أما بعد

رَبِّ اشْرَحْ لِيْ صَدْرِيْ ۙوَيَسِّرْ لِيْٓ اَمْرِيْ ۙوَاحْلُلْ عُقْدَةً مِّنْ لِّسَانِيْ ۙيَفْقَهُوْا قَوْلِيْ ۖ. آمين

Pertama marilah kita panjatkan puji dan syukur kita kehadirat Allah subhanahu wa ta’ala yang telah melimpahkan berbagai macam kenikmatan-kenikmatan yang sangat banyak kepada kita semua.

Shalawat serta salam kita haturkan kepada Baginda Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam yang telah menyampaikan risalah Allah subhanahu wa ta’ala yang diturunkan kepadanya sehingga kita bisa merasakan manisnya Iman dan Islam.

Amma ba’du…

Pada kesempatan malam hari ini saya akan menyampaikan pembahasan yang berkaitan dengan ibadah yang sangat mulia yaitu ibadah puasa khususnya puasa sepuluh suro/puasa Asyuro..

Pengertian Puasa

Puasa secara bahasa adalah al-Imsak (menahan).

Puasa secara istilah adalah Ibadah kepada Allah subhanahu wa ta’ala dengan cara menahan diri dari makan dan minum serta semua perkara yang bisa membatalkan puasa mulai sejak terbitnya fajar shodiq sampai tenggelamnya matahari.

التعبُّدُ لله سبحانَه وتعالى، بالإمساكِ عن الأكلِ والشُّربِ وسائِرِ المُفَطِّراتِ، مِن طُلوعِ الفَجرِ إلى غُروبِ الشَّمسِ

Ibadah untuk Allah subhanahu wa ta’ala dengan cara menahan diri dari makan dan minum serta perkara-perkara yang bisa membatalkan puasa mulai sejak terbitnya fajar shodiq sampai tenggelamnya matahari.

Pahala Puasa

Puasa memiliki pahala yang sangat besar yang tidak ada yang tahu besarnya pahala tersebut selain Allah subhanahu wa ta’ala, sebagaimana yang disampaikan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadisnya,

عن أبي هريرة الله أن رسول الله ﷺ قال : كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ يُضَاعَفُ الْحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعِمِائَةِ ضِعْفٍ، قَالَ اللهُ : إِلَّا الصَّوْمَ فَإِنَّهُ لِي وَأَنَا أَجْزِي بِهِ، يَدَعَ شَهْوَتَهُ وَطَعَامَهُ مِنْ أَجْلِي لِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ : فَرْحَةٌ عِنْدَ فِطْرِهِ، وَفَرْحَةٌ عِنْدَ لِقَاءِ رَبِّهِ

Dari Abu Hurairah radhiyallah ‘anhu bahwasannya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Setiap amalan ibnu Adam dilipatgandakan (pahalanya) menjadi sepuluh kali lipat hingga tujuh ratus kali lipat, Allah subhanahu wa ta’ala berfirman, ‘ Kecuali puasa sesungguhnya puasa itu untuk-Ku dan AKu yang langsung akan membalasnya, (karena) dia telah meninggalkan syahwat dan makannya karena-Ku.’ Orang yang berpuasa memiliki dua kebahagiaan, yaitu kebahagiaan ketika berbuka dan kebahagiaan ketika berjumpa dengan Tuhannya.” HR: Bukhori: 1894 dan Muslim: 1151/164.

Hadis ini menjelaskan kepada kita betapa besarnya pahala orang-orang yang berpuasa, hingga tidak ada yang mengetahuinya selain Allah subhanahu wa ta’ala saja berbeda dengan amalan lain yang disebutkan kriteria besarnya pahala ibadah tersebut.

Oleh karena itu hendaknya kita selalu berusaha untuk rajin melaksanakan ibadah puasa meskipun puasa sunah, jangan sampai kita meremehkannya karena besarnya pahala puasa yang tidak diketahui kecuali oleh Allah subhanahu wa ta’ala bukan hanya berlaku untuk puasa wajib saja (Ramadhan) tapi berlaku juga untuk puasa sunnah.

Macam-macam Puasa

1. Puasa Wajib

Puasa Ramadhan, puasa kafarat, puasa nadzar, puasa Arafah dan puasa qadha.

2. Puasa Sunah (Tathowwu’)

Puasa sunah seperti: Puasa Senin dan Kamis, puasa ayaamul bidh, puasa Dzul hijjah, puasa enam hari Syawal, puasa Dawud, puasa Tasyu’a, puasa Asyura dan memperbanyak puasa di bulan Muharam.

Puasa Muharam

Di bulan Muharam disunahkan untuk memperbanyak puasa karena puasa di bulan Muharam merupakan puasa yang paling utama setelah puasa Ramadhan, artinya puasa sunah paling utama adalah puasa yang dilakukan di bulan Muharam. berdasarkan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah dalam shahih Muslim,

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: “أَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ رَمَضَانَ شَهْرُ اللَّهِ الْمُحَرَّمُ وأفضل الصلاة بعد الفريضة صلاة الليل.” رواه مسلم 1163

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata, “Puasa paling utama setelah puasa Ramadhan adalah puasa di syahrullahil Muharam (bulan Muharam) dan shalat paling utama setelah shalat wajib adalah shalat lail (shalat malam). HR: Muslim: 1163.

Hadis tersebut dengan gamblang menjelaskan kepada kita semua bahwa puasa yang paling utama adalah puasa yang dilakukan di bulan Muharam terlebih lagi pada tanggal sepuluh Muharram atau biasa disebut puasa Asyura atau puasa suro.

Puasa di bulan Muharam lebih utama daripada puasa di bulan Sya’ban berdasarkan hadis ini.

فإن قيل : ورد عن أبي هريرة الله أنه قال : قال رسول الله ﷺ: «أَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ رَمَضَانَ شَهْرُ اللَّهِ الْمُحَرَّمُ… وهذا يدل على أن الإكثار من الصيام في المحرم أفضل من الصيام في شعبان؛ لأن الرسول ﷺ جعل المحرم يلي رمضان في الأفضلية، فلماذا كان الرسول ﷺ يكثر من صيام شعبان دون المحرم ؟ فالجواب ما ذكره النووي: من أنه يحتمل أن يكون له ما علم ذلك إلا في آخر عمره، فلم يتمكن من كثرة الصوم في المحرم أو اتفق له من الأعذار بالسفر ونحوه ما منعه من كثرة الصوم فيه. والله تعالى أعلم

Puasa Asyura

Puasa Asyuro adalah puasa yang dilakukan pada tanggal sepuluh Muharam, puasa ini sangat dianjurkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam karena memiliki keistimewaan yang sangat besar yaitu menghapuskan dosa-dosa pada setahun sebelumnya dan pada setahun yang akan datang.

Pada malam hari ini insyaallah saya akan menyampaikan pembahasan tentang puasa Asyura yang sebentar lagi akan hadir di tengah-tengah kita semua, karena kita sudah memasuki bulan Muharam tahun 1446 H.

Berdasarkan beberapa referensi pada tahun ini tahun 2024 Masehi, puasa Asyura (10 Muharram) tahun 1446 H, menurut Muhammadiyah jatuh pada Hari selasa tanggal 16 Juli 2024 sedangkan menurut NU jatuh pada hari Rabu tanggal 17 Juli 2024 (https://www.kompas.com/tren/read/2024/07/11/180000365/puasa-tasua-dan-asyura-2024-tanggal-berapa-ini-menurut-muhammadiyah-nu-dan?page=all).

Perbedaan seperti ini sering terjadi dan tidak perlu diperdebatkan, yang jelas kita disunahkan untuk berpuasa pada tanggal sepuluh Muharram 1446 H.

Bagi yang meyakini bahwa puasa Asyura jatuh pada hari Selasa 16 Juli 2024 silahkan berpuasa pada hari tersebut, dan bagi yang meyakini puasa Asyura jatuh pada hari Rabu 17 juli 2024 silahkan berpuasa pada hari dan tanggal tersebut.

Dalil-dalil Puasa Asyura

Puasa Asyura disunahkan dalam Islam, berdasarkan dalil-dalil yang menganjurkan kaum muslimin untuk melaksanakan puasa Asyura ini, sebagaimana hadis riwayat ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu,

أن رسول الله ﷺ لما صام عاشوراء وأمر بصيامه، قالوا: يا رسول الله إنه يوم تعظمه اليهود والنصارى، فقال رسول الله ﷺ: فَإِذَا كَانَ الْعَامُ الْمُقْبِلُ – إِنْ شَاءَ اللهُ – صُمْنَا الْيَوْمَ التَّاسِعَ ، قال: فلم يأت العام المقبل حتى توفي رسول الله ﷺ. وفي رواية : لَئِنْ بَقِيتُ إِلَى قَابِلِ لأَصُومَنَّ التَّاسِعَ. رواه مسلم: 1134

Bahwasannya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika puasa Asyura dan memerintahkan supaya para sahabatnya berpuasa, mereka berkata, “Wahai Rasulullah Sesungguhnya itu adalah hari yang diagungkan orang-orang Yahudi dan Nashara.” Lalu beliau bersabda, “Apabila (kita bertemu) dengan tahun depan insyaallah kita akan berpuasa pada tanggal sembilan (tasu’a).” Ibnu Abbas berkata, “Sebelum tahun berikutnya datang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah wafat.” dalam riwayat lain disebutkan, “Jika saya masih hidup hingga tahun depan saya akan benar-benar puasa pada hari kesembilan.” HR: Muslim: 1134.

Keutamaan Puasa Asyura

Puasa Asyura memiliki keutamaan yang sangat istimewa yaitu menghapuskan dosa-dosa yang telah dilakukan pada satu tahun sebelumnya, tapi perlu diingat bahwa yang dimaksud dengan diampuni dosa-dosa tersebut adalah dosa-dosa kecil bukan dosa-dosa besar karena dosa-dosa besar hanya bisa diampuni dengan taubat khusus bukan hanya dengan berpuasa. Keistimewaan puasa Asyura berdasarkan hadis dari Abu Qatadah al-Anshari berikut ini,

عَنْ أَبِي قَتَادَةَ الأَنْصَارِي رضي الله عنه: أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ ﷺ سُئِلَ عَنْ صَوْمِ يَوْمِ عَرَفَةَ، قَالَ : يُكَفِّرُ السَّنَةَ المَاضِيَةَ وَالْبَاقِيَةَ»، وَسُئِلَ عَنْ صِيَامِ يَوْمِ عَاشُورَاءَ، قَالَ : يُكَفِّرُ السَّنَةَ المَاضِيَةَ ، وَسُئِلُ عَنْ صَوْمِ يَوْمِ الاثْنَيْنِ، قَالَ : ذاكَ يَوْمٌ وُلِدْتُ فِيهِ، وَبُعِثْتُ فِيهِ، أَوْ أُنْزِلَ عَلَيَّ فِيهِ». رَوَاهُ مُسْلِمٌ

Dari Abu Qatadah al-Anshari radhiyallahu ‘anhu: Bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ditanya tentang puasa Arafah, beliau menjawab: “Menghapuskan dosa setahun sebelumnya dan setahun setelahnya.” Beliau ditanya tentang puasa hari Asyura, beliau menjawab, “Menghapuskan dosa setahun sebelumnya.” Dan beliau ditanya tentang puasa Senin, beliau menjawab, “Itu adalah hari ketika aku dilahirkan, dan ketika aku diangkat menjadi rasul atau diturunkan al-Qur’an kepadaku.” HR: Muslim.

Puasa Tasu’a

Puasa tasu’a adalah puasa yang dikerjakan pada tanggal sembilan Muharam untuk melengkapi puasa Asyura agar tidak hanya berpuasa pada tanggal sepuluh Muharam saja, demi melaksanakan apa yang dicita-citakan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam untuk melaksanakan puasa tasu’a, untuk menyelisihi ahlul kitab, namun tidak terlaksana disebabkan karena beliau wafat sebelum datang bulan Asyura di tahun yang beliau cita-cita untuk berpuasa tasu’a (tangggal sembilan Muharam).

Dalil-dalil Puasa Tasu’a

ابن عباس موقوفاً : “صوموا التاسع والعاشر خالفوا اليهود.” رواه عبد الرزاق: 4/284

Hadis marfu’ dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu: “Berpuasalah pada tanggal sembilan dan sepuluh (Muharam), selisihilah orang-orang Yahudi. HR: Abdurrazak: 3/284.

(۲)، عن ابن عباس مرفوعاً بلفظ : “صوموا قبله يوماً أو بعده يوماً.” رواه أحمد: 4/52

Dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu: “Berpuasalah sehari sebelumnya atau sehari sesudahnya -sepuluh muharam-. HR: Ahmad: 4/52.

Hadis ini merupakan hadis dhaif. demikian juga dengan hadis

صوموا قبله يوما وبعده يوما

“Berpuasalah sehari sebelumnya dan sehari setelahnya.” maksudnya adalah sehari sebelum puasa asyuro dan sehari setelah puasa Asyuro.

Dari dalil-dalil di atas dapat di tarik kesimpulan bahwa puasa yang disunahkan adalah puasa di tanggal sembilan Muharam dan sepuluh Muharam, sementara sebagain ulama berpendapat puasa hanya di tanggal sepuluh Muharam hukumnya makruh karena tasyabuh dengan orang-orang Ahlul Kitab. pendapat ini merupakan pendapat Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu, Imam Ahmad dan sebagian Hanafiyah. Ulama lain berpendapat tidak makruh jika hanya berpuasa pada tanggal sepuluh Muharam karena tanggal sepuluh Muharam merupakan hari yang mulia. dan disunahkan berpuasa pada hari tersebut.

Pendapat mayoritas ulama puasa hanya di tanggal sepuluh Muharam hukumnya makruh bagi orang yang mampu berpuasa pada tanggal sembilan Muharam juga. Meskipun demikian orang yang hanya berpuasa Asyuro pada tanggal sepuluh Muharam tetap mendapat pahala, insyaallah.

Maraji”

Minhatul Allam Fi Syarhi Bulugil Marram jilid 5 Bab Puasa Tathawwu’.

Abu Layla Turahmin. M.H.

Ahad, 14 Juli 2024. 13.00

Tinggalkan komentar