KHITBAH/MEMINANG

97 Pembaca

Meminang

Bin Baz Pusat, Kamis, 08 Agustus 2024

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه ومن والاه. أما بعد

رَبِّ اشْرَحْ لِيْ صَدْرِيْ ۙوَيَسِّرْ لِيْٓ اَمْرِيْ ۙوَاحْلُلْ عُقْدَةً مِّنْ لِّسَانِيْ ۙيَفْقَهُوْا قَوْلِيْ ۖ. آمين

Pertama marilah kita panjatkan puji dan syukur kita kehadirat Allah subhanahu wa ta’ala yang telah melimpahkan berbagai macam kenikmatan-kenikmatan yang sangat banyak kepada kita semua.

Shalawat serta salam kita haturkan kepada Baginda Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam yang telah menyampaikan risalah Allah subhanahu wa ta’ala yang diturunkan kepadanya sehingga kita bisa merasakan manisnya Iman dan Islam.

Amma ba’du

Pada kesempatan ini penulis akan menjelaskan pembahasan tentang khithbah/meminang.

Khitbah/meminang adalah permohonan dari seorang laki-laki kepada seorang wanita untuk bersedia menikah dengannya.

Khitbah termasuk salah satu proses awal sebelum masuk pernikahan, seorang peminang hukumnya sama dengan laki-laki asing (bukan mahram), peminang tidak boleh melakukan sesuatu pun dengan wanita yang dipinangnya kecuali hanya sekedar perjanjian untuk melangsungkan pernikahan.

Faidah

Seorang peminang hanya boleh melihat telapak tangan dan wajah wanita yang dipinang, jika peminang mensyaratkan supaya boleh melihat rambutnya maka hal tersebut tidak diperbolehkan.

Wanita yang telah dipinang tidak boleh dipinang orang lain, apabila seorang peminang telah diterima pinangannya maka wali wanita tersebut tidak boleh menerima pinangan orang lain, atau orang lain tidak boleh meminang wanita tersebut.

Hukum meminang wanita yang masih dalam masa iddah baik iddah yang masih bisa dirujuk oleh suaminya atau iddah yang sudah tidak bisa dirujuk oleh suaminya:

  1. Wanita dalam masa iddah talak roj’i (wanita yang ditalak pertama atau kedua dan masih dalam masa iddah), hukumnya tidak boleh (orang lain) meminangnya secara langsung terang-terangan, seperti, “Saya ingin menikahimu” atau pun meminangnya dengan ta’ridh/sindiran. Ta’ridh adalah ucapan yang mengandung makna pinangan dan juga mengandung makna lain, seperti ucapan: “Betapa bahagianya orang yang bisa bersanding denganmu” adapun suaminya yang telah menalaknya dia boleh rujuk kembali dengannya.
  2. Wanita yang ditalak bain (wanita yang telah ditalak sebanyak tiga kali atau wanita yang ditinggal mati suaminya), hukumnya tidak boleh ada yang meminangnya secara langsung terang-terangan tapi boleh meminangnya dengan ta’ridh/sindiran kemudian akad nikah dilakukan setelah masa iddahnya selesai, Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman,

وَلَا جُنَاحَ عَلَيْكُمْ فِيْمَا عَرَّضْتُمْ بِهٖ مِنْ خِطْبَةِ النِّسَاۤءِ اَوْ اَكْنَنْتُمْ فِيْٓ اَنْفُسِكُمْ ۗ عَلِمَ اللّٰهُ اَنَّكُمْ سَتَذْكُرُوْنَهُنَّ وَلٰكِنْ لَّا تُوَاعِدُوْهُنَّ سِرًّا اِلَّآ اَنْ تَقُوْلُوْا قَوْلًا مَّعْرُوْفًا ەۗ وَلَا تَعْزِمُوْا عُقْدَةَ النِّكَاحِ حَتّٰى يَبْلُغَ الْكِتٰبُ اَجَلَهٗ ۗ. سورة البقرة: 235

Tidak ada dosa bagimu atas kata sindiran untuk meminang perempuan-perempuan atau (keinginan menikah) yang kamu sembunyikan dalam hati. Allah mengetahui bahwa kamu akan menyebut-nyebut mereka. Akan tetapi, janganlah kamu berjanji secara diam-diam untuk (menikahi) mereka, kecuali sekadar mengucapkan kata-kata yang patut (sindiran). Jangan pulalah kamu menetapkan akad nikah sebelum berakhirnya masa idah.” QS: Al Baqarah: 235.

Faidah

Dimustahabkan wanita yang dipinang adalah wanita yang masih gadis, subur, cantik, berakal, bagus agamanya, bernasab baik, memiliki hubungan kerabat tapi sudah jauh atau bukan termasuk karib kerabatnya.

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu berkata, “Wanita dinikahi karena empat perkara, yaitu hartanya, nasabnya, kecantikannya, dan agamanya, pilihlah wanita yang baik agamanya supaya kamu beruntung.” HR: Jamaah selain Imam Tirmidzi.

Faidah

Dimustahabkan peminang adalah orang yang memiliki akhlak dan agama yang baik, Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam bersabda,

“Apabila datang kepada kalian peminang yang kalian ridhai akhlak dan agamanya maka nikahkanlah dia, (karena) jika kalian tidak melakukannya maka akan terjadi fitnah dan kerusakan yang besar di bumi ini.” HR: Tirmidzi dan Hakim.

Far’un (cabang)

Sesuatu yang diberikan peminang untuk wanita yang dipinang berupa pemberian pertunangan termasuk bagian dari mahar, bukan sebagai hadiah, jika pinangan itu dibatalkan maka pemberian itu dikembalikan kepada peminang, baik yang membatalkan dari peminang atau yang dipinang, berbeda dengan hadiah yang diberikan kepadanya.

Persoalan

Khitbah sah hanya dengan sekedar ucapan tanpa memberikan apa-apa kepada wanita yang dipinang.

Penutup

Disunahkan sebelum khithbah untuk menyampaikan pembukaan berupa khutbah dan juga khutbah sebelum akad dengan ucapan Al-hamdulillah, dua kalimat syahadat, shalawat kepada Nabi Shallallahu Alaihi Wa sallam kemudian doa untuk peminang dan yang dipinang.

Abu Layla Turahmin, M.H.

Kamis, 08 Agustus 2024, 13.27.

Al-Imta’ 305-306.

Tinggalkan komentar