Fawaid Surat al-Anfal ayat ke 20
Pemateri Dr. Firanda Andirja.
Kamis 19 Desember 2024, 04.30-05.34
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اَطِيْعُوا اللّٰهَ وَرَسُوْلَهٗ وَلَا تَوَلَّوْا عَنْهُ وَاَنْتُمْ تَسْمَعُوْنَ
Wahai orang-orang yang beriman, taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu berpaling dari-Nya, padahal kamu mendengar (perintah dan larangan-Nya).
وَلَا تَكُوْنُوْا كَالَّذِيْنَ قَالُوْا سَمِعْنَا وَهُمْ لَا يَسْمَعُوْنَۚ
Janganlah kamu menjadi seperti orang-orang (munafik dan musyrik) yang berkata, “Kami mendengarkan.” Padahal, mereka tidak mendengarkan (tidak mengamalkannya).
اِنَّ شَرَّ الدَّوَاۤبِّ عِنْدَ اللّٰهِ الصُّمُّ الْبُكْمُ الَّذِيْنَ لَا يَعْقِلُوْنَ إن الشر الدواب الذين صم بكم لا يعقلون
Sesungguhnya seburuk-buruk makhluk yang bergerak di atas bumi dalam pandangan Allah ialah mereka yang tuli dan bisu (tidak mau mendengar dan tidak mau mengatakan kebenaran), yaitu orang-orang yang tidak mengerti.
وَلَوْ عَلِمَ اللّٰهُ فِيْهِمْ خَيْرًا لَّاَسْمَعَهُمْۗ وَلَوْ اَسْمَعَهُمْ لَتَوَلَّوْا وَّهُمْ مُّعْرِضُوْنَ
Seandainya Allah mengetahui ada kebaikan pada diri mereka, pasti Dia jadikan mereka dapat mendengar. Seandainya Allah menjadikan mereka dapat mendengar, niscaya mereka berpaling dan memang memalingkan diri.
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اسْتَجِيْبُوْا لِلّٰهِ وَلِلرَّسُوْلِ اِذَا دَعَاكُمْ لِمَا يُحْيِيْكُمْۚ وَاعْلَمُوْٓا اَنَّ اللّٰهَ يَحُوْلُ بَيْنَ الْمَرْءِ وَقَلْبِهٖ وَاَنَّهٗٓ اِلَيْهِ تُحْشَرُوْنَ
Wahai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan Rasul (Nabi Muhammad) apabila dia menyerumu pada sesuatu yang memberi kehidupan kepadamu! Ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah membatasi antara manusia dengan hatinya dan sesungguhnya kepada-Nyalah kamu akan dikumpulkan.
وَاتَّقُوْا فِتْنَةً لَّا تُصِيْبَنَّ الَّذِيْنَ ظَلَمُوْا مِنْكُمْ خَاۤصَّةً ۚوَاعْلَمُوْٓا اَنَّ اللّٰهَ شَدِيْدُ الْعِقَابِ
Peliharalah dirimu dari siksaan yang tidak hanya menimpa orang-orang yang zalim saja di antara kamu. Ketahuilah bahwa Allah Maha Keras hukuman-Nya.
وَاذْكُرُوْٓا اِذْ اَنْتُمْ قَلِيْلٌ مُّسْتَضْعَفُوْنَ فِى الْاَرْضِ تَخَافُوْنَ اَنْ يَّتَخَطَّفَكُمُ النَّاسُ فَاٰوٰىكُمْ وَاَيَّدَكُمْ بِنَصْرِهٖ وَرَزَقَكُمْ مِّنَ الطَّيِّبٰتِ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ
Ingatlah ketika kamu (umat Islam) masih (berjumlah) sedikit lagi tertindas di bumi (Makkah). (Saat itu) kamu takut bahwa orang-orang akan menculikmu, lalu Dia memberimu tempat menetap (Madinah), menjadikanmu kuat dengan pertolongan-Nya, dan memberimu rezeki yang baik agar kamu bersyukur. QS: Al-Anfal: 20-26.
Ayat ini turun berkenaan denga para sahabat ketika mereka merasa enggan untuk melaksanakan perintah Rasulullah shalallahu alaihi wa salam untuk berperang melawan orang musyrikin yang jumlahnya 1000 orang sementara jumlah para sahabat hanya 315 orang,
Mereka lebih memilih untuk menghadang Abu Sufyan yang hendak pulang dari berdagang yang membawa 200 kg emas dan hanya dikawal 40 orang. Kemudian Allah subhanahu wa ta’ala memerintahkan mereka supaya taat kepada perintah Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam yang memerintahkan untuk berperang melawan orang-orang musyrikin yang berjumlah seribu pasukan dan bersenjata lengkap.
Perintah apapun dan seberat apapun yang diperintahkan Allah subhanahu wa ta’ala dan Rasu-Nya wajib dilaksanakan kaum muslimin dan jika dilaksanakan pasti akan berakibat baik dan indah serta hati pun menjadi tenang.
Wajib mendengar dan taat kepada perintah Allah subhanahu wa ta’ala dan perintah Rasul-Nya shallalahu Allaihi wa sallam.
Dilarang menyerupai orang-orang Yahudi yang ketika diperintah oleh Allah subhanahu wa ta’ala dan Rasul-Nya yang mengatakan kami mendengar tapi kami tidak mau melaksanakannya.
Dilarang hanya sekedar berbicara tanpa diiringi praktik (amalan).
Wajib mengamalkan ilmu yang telah didapat.
Orang yang menguasai ilmu tapi tidak mengamalkannya hakekatnya sama dengan orang jahil dan bodoh.
Binatang melata paling buruk (termasuk manusia) adalah yang tuli, bisu dan tidak berakal.
Manusia yang memiliki pendengaran, penglihatan dan akal tapi tidak digunakan untuk beribadah kepada Allah subhanahu wa ta’ala lebih buruk daripada binatang baik di dunia ini maupun di akhirat kelak.
Makhluk yang paling buruk di sisi Allah subhanahu wa ta’ala adalah orang yang telah diberi perangkat pendengaran, penglihatan dan akal tapi tidak digunakan untuk mengucapkan al-hak (kebenaran), maka berhati-hatilah.
Orang-orang kafir hidupnya hanya digunakan untuk bersenang-senang saja tidak untuk beribadah kepada Allah subhanahu wa ta’ala sehingga kedudukannya di sisi-Nya baik di dunia maupun di akhirat kelak lebih buruk daripada binatang, karena binatang kelak di akhirat hanya akan diqishash kemudian selesai, sementara manusia kelak akan dihisab dan dibalas sesuai amalan-amalanya, jika amalan-amalannya buruk maka akan ditempatkan di neraka dan neraka adalah seburuk-buruknya tempat tinggal.
Binatang diberi mata dan pendengaran oleh Allah subhanahu wa ta’ala adalah hanya untuk makan dan minum saja.
Yang paling penting bukan penilaian manusia tapi penilaian Allah subhanahu wa ta’ala.
Orang-orang yang ditakdirkan mati kafir pada hakikatnya Allah subhanahu wa ta’ala telah mengetahui bahwa tidak ada kebaikan sedikit pun pada diri mereka.
Takdir Allah subhanahu wa ta’ala dibangun di atas ilmu-Nya.
Wahai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan Rasul (Nabi Muhammad) apabila dia menyerumu pada sesuatu yang memberi kehidupan kepadamu! Ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah membatasi antara manusia dengan hatinya dan sesungguhnya kepada-Nyalah kamu akan dikumpulkan.
Peliharalah dirimu dari siksaan yang tidak hanya menimpa orang-orang yang zalim saja di antara kamu. Ketahuilah bahwa Allah Maha Keras hukuman-Nya.
Ingatlah ketika kamu (umat Islam) masih (berjumlah) sedikit lagi tertindas di bumi (Makkah). (Saat itu) kamu takut bahwa orang-orang akan menculikmu, lalu Dia memberimu tempat menetap (Madinah), menjadikanmu kuat dengan pertolongan-Nya, dan memberimu rezeki yang baik agar kamu bersyukur.
Taat kepada Allah subhanahu wa ta’ala dan Rasul-Nya merupakan kewajiban yang harus dilakukan dan dalam memenuhi panggilan tersebut harus dengan penuh keseriusan.
Taat kepada Rasulullah shallallahu alaihi wa salam hukumnya sama wajibnya dengan taat kepada Allah subhanahu wa ta’ala.
Semua perintah Allah subhanahu wa ta’ala dan Rasul-Nya pasti memberi kehidupan (kebahagiaan, ketenangan dan ketenteraman hati/kehidupan yang hakiki, hati hidup tidak gersang dan kering).
Demikian juga ketika diperintahkan untuk berjihad meskipun taruhannya nyawa tetap wajib dilakukan dengan penuh antusias dan ketundukan, pasti akan berakhir dengan kebaikan dan kebahagiaan di dunia maupun di akhirat.
Orang yang mati syahid dalam peperangan fi sabilillah pada hakikatnya dia hidup dengan kehidupan yang sangat baik.
Orang yang beramal shalih dan dia beriman pasti akan diberi kehidupan yang baik (qona’ah) dan orang yang qona’ah pasti akan bahagia, hatinya tenang dan tenteram.
Wajib taat kepada Allah subhanahu wa ta’ala dan Rasul-Nya dan dilarang berpaling dari perintah-perintah keduanya.
Cara termudah/jalan pintas untuk bahagia adalah taat kepada Allah subhanahu wa ta’ala dan Rasul-Nya.
Orang-orang yang terbunuh di jalan Allah subhanahu wa ta’ala pada hakekatnya mereka hidup di alam barzah dan mereka terbang ke sana kemari di surga dengan menggunakan fisik seekor burung.
Jangan coba-coba melanggar larangan Allah subhanahu wa ta’ala dan Rasul-Nya shalallahu alaihi wa salam karena akan mengakibatkan kesengsaraan dan penderitaan.
Allah subhanahu wa ta’ala sangat mengetahui isi hati manusia secara detail apakah benar-benar menyambut seruan Allah subhanahu wa ta’ala dengan serius dan ikhlas ataukah dengan malas-malasan.
Allah subhanahu wa ta’ala maha mengetahui isi hati manusia apakah ikhlas ataukah tidak dalam beribadah kepada-Nya.
Jika manusia tidak taat kepada Allah subhanahu wa ta’ala maka bisa jadi Allah subhanahu wa ta’ala menghalanginya dari keimanan kepada-Nya sehingga menjadi orang sesat sebagai hukuman baginya, maka hati-hati jangan sampai menerjang larangan-larangan-Nya.
Seseorang hendaknya memperbanyak istighfar kepada Allah subhanahu wa ta’ala agar tidak terhalang dari keimanan dan ketaatan kepada-Nya.
Semua akan kembali kepada Allah subhanahu wa ta’ala karena semua yang ada di alam semesta ini dan apa yang ada di akhirat kelak kepunyaan-Nya.
Di akhirat kelak manusia tidak memiliki kekuasaan apa-apa semua ada di dalam kekuasaan Allah subhanahu wa ta’ala.
Wajib menjaga diri dari murka Allah subhanahu wa ta’ala.
Wajib beramar ma’ruf nahi kungkar agar tidak tertimpa azab Allah secara merata tanpa pandang bulu.
Hukum beramar ma’ruf nahi mungkar adalah wajib namun boleh seseorang tidak melarang kemungkaran yang dilakukan orang lain dan menyibukkan diri dengan ibadah jika teguran sudah sama sekali tidak dihiraukan oleh mereka.
Wajib dibudayakan kebiasaan saling nasihat menasihati di tengah-tengah masyarakat jangan sampai membiarkan orang melakukan keburukan tanpa dinasihati agar keburukan tidak menyebar dimana-mana (di tengah-tengah masyarakat), tentu dengan cara yang baik dan sopan tidak arogan.
Kita menegur kesalahan orang lain tujuan utamanya adalah agar kita selamat di akhirat kelak dari tanggung jawab di hadapan-Nya.
Perlu seseorang mengingat masa lalu ketika dalam keadaan sulit untuk meningkatkan rasa syukur kepada Allah subhanahu wa ta’ala.
Salah satu bentuk syukur kita kepada Allah subhanahu wa ta’ala adalah dengan saling mengingatkan dan saling beramar ma’ruf nahi mungkar.
من دل على خير فله مثل أجر فاعله
من رأى منكم منكرا فليغيره بيده فإن لم يستطع فبلسانه فإن لم يستطع فبقلبه وذالك أضعف الإيمان
Surga hanya bisa dinikmati secara sempurna kelak di akhirat setelah hari kiamat, adapun saat ini surga sudah ada tapi belum bisa dinikmati secara sempurna.
Abu Layla Turahmin, M.H.
Masjid Jamilurrahman, 19 Desember 2024, bakda subuh sampai 05.30