MENJADI PENDIDIK ROBBANI

6 Pembaca

Menjadi Pendidik Robbani

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه ومن والاه. أما بعد

رَبِّ اشْرَحْ لِيْ صَدْرِيْ ۙوَيَسِّرْ لِيْٓ اَمْرِيْ ۙوَاحْلُلْ عُقْدَةً مِّنْ لِّسَانِيْ ۙيَفْقَهُوْا قَوْلِيْ ۖ. آمين

Pada kesempatan ini saya akan menyampaikan ringkasan fawaid ta’lim yang diadakan di Masjid Islamic Centre Bin Baz, dengan tema Menjadi Pendidik Robbani dengan pemateri Ust Zainuddin bin Soekadji hafidzahulah semoga ringkasan ini bermanfaat bagi penulis dan juga bagi para pembaca sekalian. Amin.

Dasar untuk menjadi pendidik robbani adalah firman Allah subhanahu wa ta’ala dalam surat Ali Imron ayat ke 79.

مَا كَانَ لِبَشَرٍ اَنْ يُّؤْتِيَهُ اللّٰهُ الْكِتٰبَ وَالْحُكْمَ وَالنُّبُوَّةَ ثُمَّ يَقُوْلَ لِلنَّاسِ كُوْنُوْا عِبَادًا لِّيْ مِنْ دُوْنِ اللّٰهِ وَلٰكِنْ كُوْنُوْا رَبَّانِيّٖنَ بِمَا كُنْتُمْ تُعَلِّمُوْنَ الْكِتٰبَ وَبِمَا كُنْتُمْ تَدْرُسُوْنَ ۙ. سورة آل عمران: 79

Tidak sepatutnya seseorang diberi Alkitab, hukum, dan kenabian oleh Allah, kemudian dia berkata kepada manusia, “Jadilah kamu para penyembahku, bukan (penyembah) Allah,” tetapi (hendaknya dia berkata), “Jadilah kamu para pengabdi Allah karena kamu selalu mengajarkan kitab dan mempelajarinya!” QS: Ali Imron: 79.

Berikut ini akan saya sampaikan ciri-ciri pendidik robbani yang hendaknya diterapkan dalam kehidupan sehari-hari agar kita bisa menjadi pendidik yang benar-benar menjadi pendidik robbani yang memiliki kualitas tinggi.

Ciri-ciri pendidik robbani:

Pertama: Pendidik rabbani harus alim (memiliki ilmu dan mampu mengamalkannya) dan selalu meneladani Nabi shalallahu alaihi wa salam dan para sahabatnya, dalam akidah, adab suluk dan lain-lain.

Ciri pertama ini merupakan ciri firqotun najiyah.

Sebagaimana yang disebutkan dalam hadis perpecahan umat yang menjelaskan bahwa umat Islam ini akan terpecah menjadi 73 golongan semua akan masuk neraka kecuali satu golongan yaitu golongan yang selalu berada di atas jalan Rasulullah shalallahu alaihi wa salam dan para sahabatnya radhiyallahu anhum.

Rasulullah shallalahu alaihi wa sallam memerintahkan umatnya supaya berpegang teguh dengan jalannya dan jalan yang di tempuh khulafaur rasyidin al-mahdiyin.

Mereka adalah para sahabat yang paling mulia yaitu Abu Bakar, Umar, Usman dan Ali radhiyallahu anhum.

Sahabat Abu Bakar radhiyallahu anhu merupakan sahabat Nabi shallalalhu alaihi wa sallam yang paling mulia dan tidak ada seorang pun yang mampu melebihi kemuliaannya kecuali para nabi dan Rasul dan beliau menjadi khalifah pertama.

Sahabat Umar bin Khothob radhiyallahu anhu yang merupakan sahabat Nabi shallalahu alaihi wa sallam yang sangat tegas, keras dan pemberani bahkan setan pun takut kepada-Nya dan beliau menjadi khalifah kedua setelah Abu Bakar radhiyallahu anhu.

Shabat Usman bin Affan radhiyallahu anhu merupakan sahabat Nabi shallalalhu alaihi wa sallam yang paling bertakwa, paling pemalu dan paling dermawan beliau memiliki keutamaan yang sangat besar dan manjadi kholifah yang ketiga setelah Umar bin Khothob radhiyallahu anhu.

Sahabat Ali bin Abi Thalib radhiyalahu anhu merupakan sahabat Nabi shallallahu anhu yang sangat kuat dan pemberani, beliau adalah seorang sahabat yang memiliki kekuatan luar biasa mampu menjebol pintu benteng khoibar sendirian padahal pintu itu sangat berat dan hanya bisa diangkat oleh empat puluh orang.

Pendidik robbani selalu berusaha keras untuk menempuh thariqah Rasulullah shallalahu alaihi wa sallam dan para sahabatnya.

Kedua: Selalu menyibukkan diri dengan ilmu syar’i dan memiliki semangat yang kuat untuk mendapatkannya.

Sering seorang pendidik menasihati anak-anak didiknya agar rajin menuntut ilmu dan pantang menyerah. Dan sebenarnya yang paling berhak mendapatkan nasehat itu atau melaksanakannya adalah para pendidik itu sendiri, dia harus menjadi orang yang paling gigih dalam menuntut ilmu dan berusaha kuat untuk meraihnya.

Imam Ibnu Uyainah yaitu Sufyan bin Uyainah rahimahullah pernah ditanya, “Wahai Imam siapakah orang yang paling membutuhkan ilmu?” Beliau menjawab, “Orang yang paling alim yang paling membutuhkan ilmu karena kalau kesalahan itu terjadi padanya akan menjadi kesalahan yang paling buruk.”

Orang yang paling membutuhkan ilmu adalah para pendidik karena mereka mengajarkan ilmu kepada murid-muridnya dan ketika mengajarkan ilmu tentu membutuhkan ilmu yang kokoh dan cara untuk mendapatkan ilmu adalah dengan cara belajar.

Ilmu ada tiga tingkatan:
Pertama: Barang siapa masuk dalam tangga pertama dia akan menjadi sombong dan merasa menjadi orang yang paling hebat.

Kedua: Jika kita masuk dalam tangga kedua kita akan menjadi orang yang tawadhu’ dan jika berhadapan dengan orang lain kita akan merasa bahwa orang itu lebih tinggi ilmunya daripada kita atau minimal kita merasa orang tersebut ilmunya sama dengan ilmu yang kita miliki.

Nabi khidr alaihissalam ketika naik kapal bersama Nabi Musa alaihisaalam dia melihat seekor burung yang mematukkan paruhnya ke air laut, lalu dia berkata, “Ilmu yang diberikan oleh Allah Subhanahu wa ta’ala kepada kita ibaratnya seperti patukan burung itu ke air laut.”

Di atas orang yang alim masih ada orang yang lebih alim lagi.

Dalam ujar-ujar kita dikatakan “Di atas langit masih ada langit”.

Ketiga: Jika kita sudah masuk tangga yang ketiga maka kita akan paham bahwa kita tidak mengetahui apa-apa.

Pada hakekatnya ilmu yang kita miliki sangatlah sedikit hanyalah secuil dari ilmu yang ada, maka jangan menjadi orang yang sombong karena ilmu itu sangat luas ibarat lautan yang tak bertepi.

Ketika kita belajar satu kitab apa pun ternyata di sana ada kitab yang lebih tinggi tingkatannya dan seterusnya sampai batasan yang tak terhingga.

Orang yang paling membutuhkan untuk menuntut ilmu adalah para pendidik karena harus selalu menambah ilmunya agar terus meningkat.

Hari ini ilmu dan besok ilmu, terus menerus tanpa henti, sedikit-demi sedikit akan menjadi bukit.

Ibaratnya adalah “Banjir bandang itu berasal dari tetesan-tetesan air yang akhirnya menjadi sangat banyak.”

Jaman dahulu sangat sulit untuk mendapatkan kitab, ketika mendapat kitab seolah-olah mendapat sebongkah emas.

Dahulu ketika mendapat satu kitab, kitab tersebut kemudian di fotocoppy dan membutuhkan waktu yang lama berbeda dengan zaman sekarang kitab bertebaran di mana-mana bahkan sekarang sudah ada pdf yang bisa di download dalam hitungan detik.

Maka kuatkan semangat belajar lebih hebat daripada zaman dahulu karena fasilitas dan kemudahan belajar sangat mudah semudah membalikkan telapak tangan, demikian juga dengan pengajian-pengajian yang diadakan para alim ulama di youtube dapat dijadikan sarana untuk belajar.

Kita harus punya prinsip hari ini ilmu dan besok juga ilmu.

Ketiga: Jujur dan ikhlas dalam meyampaikan ilmu
Jujur dan ikhlas merupakan salah satu syarat diterimanya amal ibadah kita, sebagaimana kita ketahui bahwa syarat diterimanya amal ada dua yaitu ikhlas dan mutaba’h rasul.

Tugas paling mulia adalah tugas para dai dan pengajar dalam al-Quran disebutkan bahwa orang yang paling baik ucapannya adalah para dai yang mengajak ke jalan Allah subhanahu wa ta’ala.

Tugas yang mulia ini agar semakin besar pahalanya harus dilakukan dengan jujur dan ikhlas, sehingga ketika pendidik mengajarkan ilmu wajib mendasarinya dengan niat ikhlas hanya mengharap pahala dari Allah subhanahu wa ta’ala semata.

Keempat: Takut kepada Allah subhanahu wa ta’ala disertai rasa mengagungkannya seagung-agungnya.

Orang yang tidak takut kepada Allah subhanahu wa ta’ala bukanlah orang yang alim.

Ibnu mas’ud radhiyallahu anhu berkata, “Cukuplah takut kepada Allah sebagai ilmu dan tertipu sebagai sebuah kebodohan.”

“Hanya saja yang takut kepada Allah dari hamba-hamba-Nya adalah para ulama.”

Orang yang takut kepada Allah subhanahu wa ta’ala adalah orang-oran yang selalu merasa di awasi oleh-Nya.

Orang yang takut kepada Allah subhanahu wa ta’ala adalah orang yang selalu mendekat kepada-Nya. Dengan cara melaksanakan kewajiban dan meninggalkan larangan-larangan-Nya, melaksanakan apa yang disunahkan dan menjauhi apa yang dimakruhkan. Serta meninggalkan perkara-perkara yang mubah yang dapat menyibukkannya diri dari ibadah.

Kewajiban paling dasar setelah masuk Islam adalah shalat, sebagaimana wasiat Nabi shalallahu alaihi wa salam, “Jagalah shalat kalian, jagalah shalat kalian…”

Jangan sampai kita menyepelekan shalat, segera siap-siaplah untuk shalat setelah azan dikumandangkan jangan sampai baru siap-siap berwudhu setelah iqomah dikumandangkan.

Orang-orang yang rajin beribadah kepada Allah subhanahu wa ta’ala baik shalat wajib, sunah, dan shalat mutlak ataupun ibadah ibadah lainnya baik yang wajib maupun yang sunnah maka Allah subhanahu wa ta’ala akan selalu membersamainya dan akan mengabulkan doa-doanya.

Pendidik robbani tidak akan banyak menuntut tapi akan banyak memberi.

Pendidik robbani harus selalu mendekatkan diri kepada Allah subhanahu wa taala, dengan ibadah-ibadah yang wajib ataupun yang sunah kemudian disempurnakan dengan meninggalkan perkara-perkara yang makruh dan perkara-perkara yang mubah yang dapat membuatnya lalai dari beribadah kepada-Nya.

Kelima: Menyibukkan diri mengajarkan ilmu kepada umat manusia.

Tidak ada orang yang akan mendapatkan kesempurnaan janji Nabi shallah ‘alaihi wa sallam tentang orang yang amalnya tidak akan terputus setelah mati melainkan dengan mengajarkan ilmu, menulisnya dan menyebarkannya ke mana-mana baik di dunia nyata maupun di dunia maya seperti medsos dan lain-lain.

Orang yang mengajarkan ilmu kepada orang lain akan mendapat pahala sebagaimana orang yang mengamalkannya.

Anak shalih, anak shalih ada dua yaitu anak nasab dan anak tarbiyah (orang-orang yang diajari ilmu).

Jadilah sorang yang rajin mengajarkan ilmu kapan dan di mana pun berada, baik ketika aktif KBM ataupun ketika liburan.

Selalu berusaha membuka majelis taklim di mana pun berada dan selalu semangat mengajarkan ilmu syar’i.

Selalu mencari-cari kesempatan untuk mengajarkan ilmu.

Buatlah rihlah ilmiyah yaitu melakukan perjalanan jauh untuk menuntut ilmu atau mengajarkannya

Pendidik robbani tidak pernah libur dalam menyampaikan ilmu kepada umat manusia baik di kelas, di pondok, di rumah ataupun di masyarakatnya.

Keenam: Kokoh keilmuannya

Cara mendapatkan ilmu yang kokoh adalah dengan cara mengulang-ulang ilmu yang telah dipelajari meskipun ilmu-ilmu dasar.

Seperti, muroja’ah ilmu-ilmu tersebut ataupun dengan cara mengajarkannya kepada orang lain.

Jangan pernah merasa bahwa ilmu-ilmu dasar itu tidak penting karena justru ilmu-ilmu itulah yang akan mengokohkan ilmunya.

Penuntut ilmu harus senantiasa melihat kepada ilmu yang telah dia dapatkan. Dan selalu berusaha membenahi jalannya dalam menuntut ilmu secara terus menerus.

Imam Syafi’i berkata, “Kalau ilmu itu adalah makanan maka saya akan suapkan ilmu itu kepadamu.”

Imam Muzani pernah mengulang sebuah kitab sampai lima ratus kali supaya ilmunya semakin kokoh.

Kitab yang telah kita baca dan kita pelajari harus kita ulang minimal tiga kali.

Ketujuh: Bergaul akrab dengan manusia dan sabar dalam mendidik mereka

Orang mukmin yang sabar dalam menghadapi gangguan manusia ketika bergaul dengan mereka lebih baik daripada orang mukmin yang menyendiri tidak bergaul dengan manusia dan tidak mendapat gangguannya.

Sesuatu yang mudah kita lakukan jangan kita tinggalkan karena sesuatu yang sulit.

Sebagai seorang dai di jalan Allah subhanahu wa ta’ala terkadang kita menginginkan orang-orang yang diajar selalu nurut dan selalu semangat belajar dan ketika kita mendapati mereka tidak semangat atau malas belajar kita akan meninggalkannya.

Kita harus mendekati masyarakat dan mengajarkan ilmu kepada mereka jangan sampai membiarkan mereka tidak mengetahui ilmu dan terus dalam kesalahan, jika ada kekurangan-kekurangan di tengah-tengah masyarakat kita harus bertoleransi.

Jika memang di satu masjid shalat subuh memakai qunut subuh dan kita menjadi imam di tempat tersebut, kita diterima di tempat tersebut menjadi imam jika mau shalat subuh dengan qunut subuh, maka tidak masalah kita shalat subuh dengan qunut karena tidak ada seorang pun ulama yang berpendapat bahwa orang yang qunut Subuh batal shalatnya, itu lebih baik daripada masjid tersebut diimami orang yang tidak fasih bacaan Fatihahnya yang dapat menyebabkan batal shalatnya.

Orang yang tawadhu’akan diangkat derajatnya oleh Allah subhanahu wa ta’ala.

Tawadhu’ adalah ketika kita bertemu dengan orang lain kita akan menganggap bahwa orang itu lebih alim daripada kita.

Orang yang tawadhu’ akan mudah menyayangi orang yang lebih muda (anak kecil), menghormati orang yang lebih tua dan memuliakan orang alim.

Orang yang tidak memiliki sifat tawadhu’ akan direndahkan oleh Allah subhanahu wa ta’ala.

Kedelapan: Bersikap adil dan mudah kembali kepada kebenaran.

Sahabat Umar bin Khothob radhiyallahu anhu adalah orang yang terkenal sangat keras dan tegas, ketika sahabat khatib bin Abi Balta’ah memberitahukan kepada orang-orang musyrikin bahwa Rasulullah shalallahu alaihi wa salam akan menyerang mereka, lalu ketahuan karena Allah mengabarkan kepada Nabi shalallahu alaihi wa salam akan hal tersebut. Lalu Umar radhiyallahu anhu berkata kepada Rasulullah agar membiarkannya memenggal lehernya tapi Rasulullah tidak mengijinkannya.

Meskipun demikian Umar bin Khothob radhiyallahu anhu adalah orang yang sangat berpegang teguh kepada kebenaran sehingga ketika salah dan ditegur beliau akan langsung menerima teguran tersebut, mengakui kesalahannya dan segera kembali kepada kebenaran.

Kembali kepada kebenaran lebih baik daripada terus menerus di atas kebatilan.

Jangan gengsi untuk mengakui kesalahan dan kembali kepada kebenaran meskipun di hadapan murid-murid kita.

Kadang anak didik kita atau bahkan anak kita sendiri menjadi baik ketika kita salah dan mau mengakui kesalahan kita serta bersedia minta maaf.

Bahkan sering kita tidak dihormati murid-murid kita karena kita salah tapi tidak mau mengakui kesalahan kita dan tidak mau meminta maaf.

Seseorang menjadi terhina karena ketika salah tidak mau mengakui kesalahan-kesalahannya dan tidak mau meminta maaf

Kesembilan: Nasehat untuk Allah, Kitab-Nya, Rasul-Nya, para pemimpin kaum muslimin dan seluruh kaum muslimin.

Nasehat adalah berasal dari kata nashokha bermakna menjahit yaitu menggabungkan dua kain yang terpisah, sehingga arti nasehat adalah membangun hubungan baik dengan Allah, kitab-Nya, Rasul-Nya, para pemimpin dan seluruh kaum muslimin.

Pemimpin adalah wujud nyata perilaku rakyat.

Membangun hubungan baik dengan al-Quran dengan cara selalu membacanya, memahaminya dan mengamalkannya.

Membangun hubungan baik dengan Rasulnya adalah dengan cara mempelajari hadis-hadisnya, mengamalkannya dan menjadikannya sebagai teladan.

Membangun hubungan baik dengan pemimpin adalah dengan cara tidak menjelek-jelekkannya.

Membangun hubungan baik dengan kaum muslimin secara umum adalah dengan menasihati dan memenuhi hak-hak mereka.

Kesepuluh: Selalu berusaha membersihkan jiwa.

Sahabat Umar bin Khothob radhiyallahu anhu berkata, “Hisablah diri kalian sebelum kelak dihisab (di akhirat).”

Berhiaslah kalian sebelum menghadapi hari yang agung yang pada hari itu dipaparkan semua amalan-amalan kita tanpa terkecuali

Timbanglah diri kita sebelum kelak di akhirat ditimbang Allah subhanahubwa ta’ala.

Kesebelas: Selalu berpegang teguh dengan al-hadyu (kekhusu’an yang selalu terpancar dari dalam diri kita) dan as-samtush shalih.

Penuntut ilmu tidak boleh seperti orang awam yang tidak terpancar pengaruh ilmu pada wajah, dirinya dan tindak tanduknya.

Penuntut ilmu ketika berbicara hendaknya selalu berusaha berbicara yang baik (kebaikan) ucapannya tidak kotor tapi ucapannya baik dan memancarkan cahaya ilmu.

Ketika bercanda tidak sampai melampaui batas, tidak melakukan perbuatan-perbuatan yang menyebabkan martabat dan kewibawaannya turun di hadapan orang lain.

Penuntut ilmu harus dekat dengan orang lain dan murid-muridnya tapi tetap mampu menjaga harkat dan martabatnya, selalu berbicara baik dan santun, tidak menjauh dari mereka dengan alasan agar wibawanya terjaga.

Kedua belas: Seorang Alim Robbani adalah orang yang bisa menjadi panutan bagi masyarakatnya dan mampu menjadi tokoh bagi mereka baik secara ilmu maupun amal.

Seorang alim harus memiliki ilmu yang kokoh, sabar, adil, hikmah dan khosyyatullah.

Ketiga belas: Menjauhi debat kusir.

Berdiskusi ataupun berdebat hukum asalnya boleh bahkan para ulama salaf jaman dahulu pun mereka melakukannya tapi tidak sampai melakukan debat kusir yaitu debat yang tidak menghasilkan ilmu tapi justru membuahkan permusuhan.

“Jadilah robbani dalam ilmu yang diajarkan dan dalam ilmu yang dipelajari”

Jadilah robbani dalam belajar dan dalam mengajar.

Semangatlah mengajarkan ilmu kepada orang lain karena mengajarkan ilmu akan mendapat empat puluh kali lipat faidah lebih banyak daripada orang-orang yang diajar.

Orang yang paling banyak mendapat mendapatkan faidah dalam majelis taklim adalah orang yang mengajar.

Selalu doakan kabaikan untuk orang-orang yang berjasa kepada kita, orang tua kita, keluarga kita, guru-guru kita, sahabat-sahabat kita dan juga murid-murid kita.

Abu Layla Turahmin, M.H

Masjid Pusat Islamic Centre Bin Baz

Kamis 26 Desember 2024, jam 09.15-10.30

Tinggalkan komentar