Pemateri: Dr. Abdullah Bawadi
Fawaid Ta’lim
Derajat Pertama Iman Kepada Qadha dan Qadar (Ilmu dan kitabah)
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berpendapat bahwa Allah menciptakan qalam (pena) lima puluh ribu tahun sebelum menciptakan langit dan bumi dan setelah Arsy (Arsy diciptakan sebelum qalam).
Allah memerintahkan qalam supaya menulis segala sesuatu yang akan terjadi sejak saat itu sampai hari kiamat, sedangkan setelah hari kiamat menurut pendapat yang lebih kuat belum ditulis oleh qalam dan masih dirahasiakan oleh Allah subhanahu wa ta’ala (pendapat jumhur).
Tidak ada satupun yang memgetahui tulisan yang ada di Laukhul makhfudz selain Allah subhanahu wa ta’ala.
Penulisan taqdir di shuhuf malaikat dan yang ditulis di setiap malam Lailatul Qadar adalah taqdir yang bisa berubah-ubah dan bisa dihapus sedangkan yang ditulis di Laukhul makhfudz tidak akan ada perubahan atau penghapusan sedikitpun.
Ijmak salah yang disampaikan Fudhail bin Iyad ghulat Qadariyah dikafirkan oleh para sahabat karena mereka mengingkari sesuatu yang diketahui secara umum oleh manusia (sesuatu yang pasti sudah diketahui umat Islam).
Muktazilah mengingkari taqdir yang berkaitan dengan perbuatan manusia, mereka termasuk Qadariyah yang lebih ringan sehingga tidak dikafirkan.
Derajat Kedua Iman Kepada Qadha dan Qadar
Derajat kedua meliputi al-masyi’ah dan al-Khalqu.
Al-Masyi’ah
Al-Masy’ah dalah beriman kepada kehendak Allah subhanahu wa ta’ala secara umum, dan apa yang dikehendaki-Nya pasti akan terjadi, apa yang tidak dikehendaki pasti tidak akan terjadi baik yang berupa perbuatan-perbuatan-Nya maupun perbuatan-perbuatan hamba.
Perbuatan Allah subhanahu wa ta’ala tergantung pada kehendaknya demikian juga dengan perbuatan-perbuatan makhluk.
Semua perbuatan hamba yang berupa ketaatan maupun yang berupa kemaksiatan semua terjadi karena kehendak Allah subhanahu wa ta’ala.
Banyak sekali dalil-dalil dalam al-Quran yang menjelaskan bahwa semua perbuatan-perbuatan hamba semua terjadi atas kehendak-Nya.
Kita wajib beriman bahwa segala sesuatu yang ada dan terjadi di alam semesta ini atas kehendak Allah subhanahu wa ta’ala baik yang berupa kebaikan maupun keburukan, ketaatan maupun kemaksiatan keimanan maupun kekafiran dan lain-lain.
Meskipun demikian tidak semua yang terjadi di alam semesta ini dicintai Allah subhanahu wa ta’ala. Ada yang terjadi karena kehendak Allah secara kauniyah dan ada pula yang terjadi atas kehendak Allah subhanahu wa ta’ala secara syar’i.

Terjadi kekafiran, kemunafikan, kemaksiatan dan perbuatan-perbuatan buruk lainnya terjadi atas kehendak Allah subhanahu wa ta’ala yang berupa iradah al-kauniyah al-qadariyah karena ada hikmah besar yang dikehendaki-Nya dan semua yang terjadi meskipun keburukan pasti ada hikmahnya yang sangat besar.
Kita wajib beriman dengan keimanan yang mantap dan kuat tanpa keraguan sedikitpun terhadap Hala tersebut.
Al-Kholqu
Al-Kholqu adalah beriman bahwa Allah subhanahu wa ta’ala yang menciptakan segala sesuatu termasuk apa yang diperbuatnya (apa yang diperbuat oleh hamba-hamba-Nya (perbuatan-Nya maupun perbuatan-perbuatan hamba-Nya).
Allah subhanallah wa ta’ala yang menciptakan perbuatan-perbuatan hamba-Nya.
Maksud Allah subhanahu wa ta’ala menciptakan perbuatan-perbuatan hamba-hamba-Nya adalah semua perbuatan-perbuatan hamba tidak terjadi kecuali atas keinginan, qudrah dan kehendak Allah subhanahu wa ta’ala atau Allah yang menciptakan keinginan, qudrah dan kehendak hamba.

Manusia yang melakukan keburukan dan Allah subhanahu wa ta’ala akan menghisabnya disebabkan karena perbuatan itu dilakukan karena pilihannya sendiri.
Yang melakukan perbuatan baik adalah manusia dan akan mendapat ganjaran disebabkan karena dia melakukan kebaikan atas pilihannya sendiri.
Tapi pilihan atau kehendak manusia tidak lepas dari kehendak Allah subhanahu wa ta’ala tidak berdiri sendiri.
Ahlussunnah berkata irodah, qudrah dan masyi’ah manusia yang menciptakannya adalah Allah subhanahu wa ta’ala.
Allah telah mengutus para nabi dan rasul untuk menjelaskan kepada umat manusia apa yang mesti mereka lakukan dan apa yang mesti mereka tinggalkan, Allah subhanahu wa ta’ala menurunkan al-Quran untuk menjelaskan segala sesuatu yang mengantarkan kepada kebaikan di dunia dan di akhirat serta segala macam keburukan yang bisa menyebabkan kebinasaan manusia di dunia dan di akhirat agar mereka menjauhinya, dan Alah memberi akal untuk manusia agar mereka berfikir dan memilih mana yang harus dilakukan tanpa paksaan dari Allah subhanahu wa dan masing-masing tindakan yang diambil ada konsekwensinya (akibatnya).
Apakah hamba memiliki qudrah (kemampuan), masyi’ah (kehendak) dan irodah (keinginan)?
Hamba memiliki qudrah, masyi’ah dan irodah dalilnya firman Allah subhanahu wa ta’ala,
فأتوا حرثكم أنى شئتم
فاتقوا الله ما استطعتم
Allah subhanallah wa ta’ala menetapkan masyi’ah dan istitho’ah yaitu qudroh namun keduanya mengikuti masyi’ah Allah subhanahu wa ta’ala, dalilnya firman-Nya,
وما تشائون إلا أن يشاء الله رب العالمين
Apa dalil yang menunjukkan bahwa Allah subhanahu wa ta’ala yang menciptakan perbuatan-perbuatan hamba-hamba-Nya?
والله خلقكم وما تعملون
Maksudnya adalah Allah subhanahu wa ta’ala yang memciptakan kalian dan perbuatan-perbuatan kalian

Allah subhanahu wa ta’ala menciptakan segala macam keburukan berdasarkan Irodah Kauniyah Qadariyah bukan berdasarkan Irodah Syar’iyah Qadariyah, dan Allah tidak mencintai segala macam keburukan.
Segala macam kebaikan yang terjadi itu semua terjadi atas Irodah Syar’iyah Qadariyah.
Amalan shalih dan amal tholeh yang dilakukan hamba adalah perbuatan hamba itu sendiri.
Jika amalan yang dilakukan amal shaleh maka hamba tersebut akan dipuji dan akan mendapat pahala, tapi jika sebaliknya yang dilakukan adalah keburukan dan kemaksiatan maka hamba itu akan dicela dan akan mendapat hukuman (azab) dari-Nya.
Orang yang ditakdirkan akan mendapat kebahagiaan maka dia akan mudah untuk melakukan amalan-amalan yang akan mengantarkan kepada kebahagiaan itu, demikian juga sebaliknya.
Setiqp orang akan dimudahkan untuk menjadi apa dia diciptakan.
Yang terpenting bagi hamba adalah beramal tidak bersandar kepada taqdir karena tidak ada yang mengetahui taqdirnya selain Allah subhanahu wa ta’ala.
Orang yang diciptakan untuk menjadi penghuni surga dia akan dimudahkan untuk mengerjakan amalan-amalan yang mengantarkan ke dalam surga, demikian juga dengan orang yang ditakdirkan untuk menjadi penghuni neraka dia akan dimudahkan untuk melakukan amalan-amalan yang mengantarkannya ke neraka.
Intinya yang penting kita beramal, secara terus menerus, tentu beramal shalih bukan amal keburukan agar kita menjadi orang yang sukses masuk surga.
Kita tidak boleh bersandar kepada taqdir.
Orang-orang yang mengingkari Al-masyi’ah dan Al-Kholqu
al-Qadariyah
Mereka menganggap bahwa hamba merdeka dengan irodah dan qudrohnya tanpa campur tangan Allah subhanahu wa ta’ala dan Allah subhanahu wa ta’ala tidak memiliki peran sedikit pun dalam perbuatan, hamba baik masyi’ah maupun kholqu (perbuatan hamba buka atas kehendak Allah dan bukan ciptaan-Nya)..
Muktazilah termasuk Qadariyah.
Qadariyah disebut Qadariyah karena mereka mengingkari qadar (taqdir) dan hamba melakukan perbuatan-perbuatan sendiri atas kehendaknya bukan Allah subhanahu wa ta’ala yang menciptakannya.
Qadariyah adalah manusia umat ini.
Majusi adalah agama yang meyakini bahwa di alam semesta ini ada dua pencipta yaitu nur (cahaya) dan dhulmah (kegelapan), nur menciptakan kebaikan dan dhulmah menciptakan keburukan.
Ahlussunnah berpendapat bahwa kehendak hamba dan qudrohnya mengikuti kehendak dan qudrah Allah subhanahu wa ta’ala.
al-Jabariyah
Meyakini bahwa hamba itu dipaksa tidak memiliki pilihan sedikitpun atas perbuatan-perbuatannyang dilakukannya Allah subhanahu wa ta’ala yang memaksanya. Manusia tidak memiliki kemampuan apa-apa, mereka hanya seperti bulu yang ditiup angin atau seperti mayat di tangan orang yang memandikannya atau seperti wayang di tangan sang dalang.

Qadariyah dan Jabariyah adalah dua kelompok yang memiliki pandangan dan keyakinan yang bertentangan dalam masalah taqdir, sedangkan Ahlussunnah adalah golongan pertengahan antara Qadariyah dan Jabariyah dalam masalah taqdir.
Jabariyah menafikan hikmah dari semua kejadian yang terjadi di alam semesta ini baik kebaikan maupun keburukan yang terjadi.
Turahmin, BA, S.Pd, M.H.
Jamilurrahman, Bantul, 25 September 2025. 20.15.