Allah subhanahu wa ta’ala Sang Pencipta Alam Semesta dan Semua Perbuatan-Nya Baik

8 Pembaca

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه ومن والاه. أما بعد

رَبِّ اشْرَحْ لِيْ صَدْرِيْ ۙوَيَسِّرْ لِيْٓ اَمْرِيْ ۙوَاحْلُلْ عُقْدَةً مِّنْ لِّسَانِيْ ۙيَفْقَهُوْا قَوْلِيْ ۖ. آمين

Berikut akan saya sampaikan fawaid taklim yang di adakan di masjid Jamilurrahman setelah subuh dengan pemateri ust Abu Isa hafidhahullah.

Allah subhanahu wa ta’ala adalah pencipta segala sesuatu yang ada di alam semesta ini tanpa terkecuali.

Allah subhanahu wa ta’ala bukan bagian dari makhluk-yang ada di alam semesta ini demikian juga sebaliknya.

Allah subhanahu wa ta’ala yang menciptakan makhluk dan semua perbuatan-perbuatannya.

Allah subhanahu wa ta’ala yang menciptakan petunjuk dan kesesatan manusia.

Allah subhanahu wa ta’ala yang memberi petunjuk kepada manusia dan juga yang menjadikannya tersesat.

Allah subhanahu wa ta’ala yang menjadikan manusia mencintai kebaikan dan membenci kekufuran.

Allah subhanahu wa ta’ala yang menciptakan semua makhluk dan hasil ciptaan makhluk-makhluk itu.

Hendaknya selalu berdoa minta kepada Allah subhanahubwa ta’ala agar diberi ketakwaan dan kesucian jiwa.

Apa makna wal khoiru kulluhi fi yadaihi wa syarru laisa ilaik sementara Allah subhanahu wa ta’ala Pencipta segala sesuatu?

Jawab:
Perbuatan-perbuatan Allah subhanahu wa ta’ala semuanya adalah murni baik jika ditinjau dari perbuatan-perbuatan-Nya karena Dia adalah zat yang Maha Bijaksana dan selalu meletakkan segala sesuatu tepat pada tempatnya. Adapun keburukan-keburukan atau hal-hal yang mencelakakan itu buruk jika ditinjau dari sisi pandangan manusia dan keburukan-keburukan itu terjadi karena sebab ulah tangan mereka sendiri.

Tidak ada pertentangan sama sekali antara segala sesuatu yang baik dan buruk merupakan ciptaan Allah subhanahu wa ta’ala dan keburukan tidak disandarkan kepada-Nya.

Kebaikan dan keburukan semua diciptakan berdasarkan hikmah Allah subhanahu wa ta’ala yang Maha Bijaksana, selalu tepat dan pantas segala sesuatu yang ditentukan dan diciptakan-Nya.

Keburukan yang menimpa hamba/manusia itu akibat ulah mereka sendiri dan mereka sama sekali tidak dapat berhujjah dengan taqdir di sisi-Nya kelak di hari kiamat

Allah subhanahu wa ta’ala sama sekali tidak menzalimi hamba-hamba-Nya

Perbuatan buruk yang dilakukan karena ada hikmah yang baik dan maslahat itu tidak disebut sebagai perbuatan buruk.

Misalnya, “orang terkena kanker pada kakinya kemudian kakinya itu dipotong demi menyelamatkan nyawanya.

Perbuatan itu dinilai buruk bagi orang yang dipotong kakinya karena penampilannya menjadi buruk, tapi jika ditinjau dari pelaku pemotongan kaki tersebut tidak disebut sebagai perbuatan buruk karena perbuatan itu didasari kemaslahatan untuk orang yang dipotong kakinya karena dengan dipotong kakinya itu nyawanya selamat.

Perbuatan memotong kaki tersebut tidak dapat disebut sebagai perbuatan buruk tapi justru disebut sebagai perbuatan baik karena mengandung hikmah dan kemaslahatan yang sangat besar.

Allah subhanahu wa ta’ala adalah pencipta segala sesuatu termasuk kebaikan dan keburukan.

Menyebutkan Allah subhanahu wa ta’ala sebagai pencipta keburukan harus disebutkan secara global dan diiringi dengan Allah subhanahubwa ta’ala sebagai pencipta kebaikan, sehingga tidak boleh disebutkan secara tersendiri.

Tidak boleh berdoa kepada Allah subhanahubwa ta’ala dengan menyebutnya sebagai pencipta keburukan

Misal “Wahai pencipta babi, kera dan monyet….”

“Wahai Tuhannya para pencuri, pezina, perampok…”

Ucapan-ucapan itu meskipun benar tapi tidak boleh diucapkan dan termasuk su’ul adab kepada Allah subhanahu wa ta’ala.

Kalau perbuatan-perbuatan baik boleh disandarkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala secara tersendiri.

Misal, “Wahai sang pencipta alam semesta….”

“Wahai Tuhannya para anabi dan Rasul…”

Nabi Ibrahim alaihissalam berkata “Apabila aku sakit maka dialah yang menyembuhkanku.” Beliau tidak mengatakan, “Apabila Allah membuatku sakit maka dialah yang menyembuhkanku.”

Kita wajib beradab kepada Allah subhanahu wa ta’ala tidak boleh menyandarkan keburukan kepada-Nya.

Semua keburukan terjadi karena ulah tangan manusia.

Beriman kepada taqdir wajib diiringi sifat beradab kepada Allah subhanahu wa ta’ala jangan sampai muncul kesan negatif terhadap Allah subhanahu wa ta’ala pada ucapan-ucapan kita.

Tidak suka kepada tikus, clurit ataupun hewan-hewan menjijikkan lainnya tidak mengapa asal jangan sampai mencaci makinya karena mereka termasuk ciptaan Allah subhanahu wa ta’ala.

Abu Layla Turahmin, M.H.
Masjid Jamilurrahman, 25 Desember 2024, jam 04.48-05.30.

Tinggalkan komentar