Ushul Dakwah Salaf

27 Pembaca

Fawaid Taklim

Setan selalu berusaha untuk menggagalkan penuntut ilmu agar gagal menuntut ilmu.

Menuntut ilmu merupakan satu tugas yang sangat mulia.

Belajar tentang manhaj salaf sangat penting bagi setiap orang terutama para penuntut ilmu.

Belajar Ushul/dasar-dasar manhaj salaf ini sangat penting supaya kita tetap berada di atas jalur yang benar.

Bermanhaj salaf bukan hanya sekedar dari pakaian saja, karena banyak firqoh-firqoh menyimpang yang berpakaian persis seperti pakaian Ihwan dan akhwat salafi bahkan mereka lebih hebat tampilan luarnya.

Prinsip-prinsip manhaj salaf:

Pertama: Sangat getol dan semangat dalam menuntut ilmu syar’i dan tafaquh fiddin.

Menuntut ilmu merupakan landasan utama manhaj salaf, karena menuntut ilmu merupakan jalan untuk memperbaiki diri, masyarakat, bangsa dan negara ini.

Menuntut ilmu lebih didahulukan dari pada berbicara dan beramal.

Kita wajib menempuh jalan yang lurus bukan jalan yang menyimpang dari jalan lurus itu.

Jalan yang lurus adalah jalan yang ditempuh oleh Rasulullah shalallahu alaihi wa salam dan merupakan jalan yang direkomendasi oleh Allah subhanahu wa ta’ala di dalam al-Quran.

Jangan pernah kita lepas dari jalan menuntut ilmu karena menuntut ilmu merupakan cara terbaik agar kita senantiasa berada di jalan yang lurus.

Jalan menuju Allah subhanahu wa ta’ala itu sangat panjang, dan kita menempuh jalan tersebut tidak perlu terburu-buru, karena tujuan hidup kita adalah sampai mati tetap mengikuti jalan yang di tempuh oleh Rasulullah shalallahu alaihi wa salam, salah satunya dengan menuntut ilmu sampai mendalam tentang hukum-hukum Islam.

Kita tidak perlu merasa silau dengan gegap gempita yang dilakukan oleh orang lain, kita cukup kuatkan dan istiqomahkan diri menuntut ilmu sampai akhir hayat kita.

Kedua: Semangat mengamalkan ilmu Islam yang telah dipelajari.

Kita wajib menjaga shalat lima waktu dengan baik, berbakti kepada orang tua dan ibadah-ibadah lainnya.

Shalat sunah, puasa sunah, sedekah, berbuat baik kepada tetangga, bertutur kata baik kepada orang lain karena itu merupakan sifat-sifat yang harus dimiliki oleh seorang muslim.

Tidak malu mengamalkan sunah-sunah Rasulullah shalallahu alaihi wa salam apalagi jika kita tinggal di lingkungan yang mendukung kita mengamalkan sunah-sunah tersebut.

Memegang sunah termasuk sangat berat ibaratnya seperti memegang bara api dan pahalanya sangat besar.

Mengamalkan sunah Nabi shallallahu alaihi wa salam setelah memiliki ilmu merupakan suatu tuntutan yang wajib dilaksanakan.

Kita wajib menyibukkan diri dengan amal shalih, karena menyibukkan diri dengan ilmu dan amal salih lebih bermanfaat dari pada amalan mubah, apalagi amalan yang tidak bermanfaat.

Jangan terlalu sibuk dengan medsos karena sangat melalaikan dan membuang-buang waktu.

Tidak perlu sibuk dengan politik karena mengakibatkan terperosok dalam kemungkaran, seperti mencela pemerintah atau bahkan sampai mengkafirkannya

Kita wajib menyibukkan diri dengan sesuatu yang bermanfaat bukan dengan sesuatu yang sia-sia.

Inti ajaran Rasulullah shalallahu alaihi wa salam adalah mengamalkan ilmu yang telah dipelajari.

Al-Huda adalah ilmu yang bermanfaat, sedangkan dinul haqqi adalah amal shalih.

Dengan ilmu yang bermanfaat dan amal shalih akan membuat jaya kaum muslimin.

Ketiga: Berdakwah kepada Allah subhanahu wa ta’ala berdasarkan ilmu.

Dakwah wajib mengajak kepada Allah subhanahu wa ta’ala bukan kepada diri kita ataupun kelompok kita

Dakwah wajib didasari ilmu bukan sekedar semangat saja tanpa ilmu.

Orang-orang yang telah berilmu wajib berdakwah atau mendakwahkan ilmu yang telah dipelajarinya dan tidak boleh disembunyikan.

Dakwah tidak mesti melalui mimbar tapi dapat dilakukan di mana dan kapan saja, serta kepada siapa saja bahkan kepada orang tua maupun anak-anak kita.

Selain berdakwah lewat lisan hendaknya berdakwah lewat tulisan, seperti menyusun kitab atau buku yang berisi pelajaran agama yang lurus.

Keempat: Perhatian dengan akidah salaf baik ilmu, amal maupun pengajaran.

Wajib belajar ilmu akidah salaf yang benar, mengamalkan dan mengajarkannya kepada siapa saja

Dakwah yang paling utama adalah dakwah akidah yang lurus.

Jangan sampai mengabaikan dakwah akidah karena akidah merupakan pondasi yang paling dasar.

Kesuksesan dakwan bukan berdasarkan banyak atau sedikitnya pengikut dai tersebut, ingatlah bahwa di akhirat kelak ada nabi yang tidak memiliki pengikut sama sekali.

Kesuksesab dakwah adalah menyampaikan ilmu sampai mad’u paham betul apa yang kita sampaikan, meskipun mereka tidak menjadi pengikut kita.

Mulaikah dakwah dengan dakwah tauhid/akidah meskipun kita bukan spesialis di bidang akidah, yang penting kita menyampaikan akidah yang benar yang kita ketahui dengan pasti.

Dakwah tauhid merupakan dakwah seluruh nabi dan rasul.

Dakwah tauhid tidak mesti harus dengan membawa kitab-kitab yang fokus membahas akidah tauhid, kita bisa memulainya dengan ayat-ayat al-Quran.

Mendakwahkan akidah bisa dilakukan ketika mengajarkan fiqih ataupun pelajaran-pelajaran lain.

Intinya dakwahkan akidah di sela-sela mengajarkan ilmu di bidang apapun.

Kelima: Perhatian penuh terhadap sunah nabawiyah dan semangat mengamalkannya serta mendakwahkannya.

Kita wajib mengamakkan sunah-sunah Rasulullah shallallahu alaihi wa salam kapan dan di mana pun kita berada.

Jangan sampai kita luntur dalam mengamalkan sunah.

Jangan malu berpegang teguh dengan Sunnah.

Kita jangan sampai memakai pakaian secara isbal (sampai menjulur di bawah mata kaki).

Jangan sampai kita isbal dalam berpakaian karena ancamannya besar dan mengerikan.

Isbal merupakan pelanggaran berat dalam berpakaian.

Keenam: Terikat dengan ulama ahlussunah wal jama’ah.

Wajib belajar dari para alim ulama yang benar-benar berpegang teguh dengan Sunnah jangan hanya sekedar kagum dengan retorikanya dalam berdakwah.

Berpegang dengan para ulama akan menyelamatkan kita.

Meninggalkan landasan kelima ini terutama dalam masalah kontemporer dapat mengakibatkan kemunduran.

Kita akan senantiasa berada di atas kebaikan jika kita tetap mengambil ilmu dari para kibar ulama, bukan kepada selainnya karena mereka lebih paham tentang situasi dan kondisi serta mereka sangat berhati-hati dalam berfatwa.

Ketujuh: Menjauhkan diri dari hizbiyat dan kelompok-kelompok Islam yang sir (sembunyi-sembunyi).

kita harus menghindari kajian-kajian yang dilakukan secara sembunyi-sembunyi.

Kedelapan: Berpegang teguh dengan apa yang ditunjukkan oleh al-Kitab, as-Sunnah dan Ijmak salaful Ummah dalam bermuamalah dengan para pemimpin.

Kita tidak boleh keluar dari ketaatan kepada pemerintah muslim, meskipun mereka melakukan kesalahan-kesalahan.

Tidak mengkafirkan pemerintah yang membiarkan kemaksiatan.

Wajib taat kepada pemerintah dan jika menasehatinya hendaknya secara baik dan sembunyi-sembunyi.

Selalu mendoakan kebaikan kepada para pemimpin.

Ciri Ahlussunnah adalah mendoakan kebaikan kepada pemerintah dan ciri ahlu bid’ah adalah mendoakan keburukan kepada pemimpin.

Kesembilan: Mnejauhibdan hati-hati terhadap ahlul bid’ah

Kesepuluh: Berpegang teguh dengan Kitab dan Sunnah dalam setiap kondisi dan keadaan kita.

Abu Layla Turahmin, M.H.

Tinggalkan komentar