Tafsir Surat An-Nas

10 Pembaca

بسم الله الرحمن الرحيم

قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ النَّاسِ (1) مَلِكِ النَّاسِ (2) إِلَهِ النَّاسِ (3) مِنْ شَرِّ الْوَسْوَاسِ الْخَنَّاسِ (4) الَّذِي يُوَسْوِسُ فِي صُدُورِ النَّاسِ (5) مِن الْجِنَّةِ وَالنَّاسِ (6)

Katakanlah (Nabi Muhammad), “Aku berlindung kepada Tuhan manusia, raja manusia, sembahan manusia. dari kejahatan (setan) pembisik yang bersembunyi. yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia, dari (golongan) jin dan manusia.” QS: An-Nas: 1-6.

Tafsir

Dalam ayat ini Allah subhanahu wa ta’ala memerintahkan kepada Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam agar berlindung kepada Allah subahnahu wa ta’ala sebagai Tuhan manusia dan rajanya karena Allah lah yang menguasai dan merajai seluruh makhluk yang ada di alam semesta ini yaitu jin, manusia dan makhluk-makhluk lainnya.

Ayat ini juga merupakan pemberitahuan dari Allah subhanahu wa ta’ala bahwa orang yang mengagungkan manusia lainnya seperti orang-orang mukmin mengagungkan Tuhan mereka, mereka semua baik yang mengagungkan maupun yang diagungkan semua berada dibawah penguasaan dan pengaturan-Nya dan tunduk kepada ketentuan-ketentuan-Nya, karena Allah lah sebagai Tuhan dan raja mereka, Allah yang wajib disembah, diibadahi dan diagungkan dengan sebenar-benarnya bukan selain-Nya.

Firman Allah subhanahu wa ta’ala:

إِلَهِ النَّاسِ artinya sesembahan manusia yang berhak diibadahi, setiap manusia wajib beribadah hanya kepada-Nya tanpa menyekutukan-Nya dengan sesuatu pun.

مِنْ شَرِّ الْوَسْوَاسِ, artinya dari kejelekan setan, (الْخَنَّاسِ) yaitu setan yang kadang bersembunyi dan kadang memberi was-was (bisikan-bisikan) kepada manusia. setan yang bersembunyi pada saat seorang hamba berzikir kepada Tuhannya dan akan muncul kembali jika manusia itu lalali dari mengingat Allah subhanahu wa ta’ala.

Pendapat-pendapat yang mengatakan bahwa al-Khonnas adalah setan yang bersembunyi ketika manusia mengingat Allah dan akan muncul ketika masuia lalai dari mengingatnya:

Petama: Ibnu Abbas radhiyallahu anhu

Ibnu Abbas menjelaskan bahwa yang dimaksud al-waswaasil khonnas adalah setan yang kadang bersembunyi dan kadang memberi bisikan-bisikan kepada manusia, setan itu bersembunyi ketika manusia ingat akan Tuhannya dan akan memberi bisikan ketika manusia itu lalai dari mengingat Tuhannya. berdasarkan hadis berikut

حدَّثنا أبو كريبٍ، قال: ثنا يحيى بنُ عيسى، عن سفيانَ، عن حكيمِ بن جبيرٍ، عن سعيدِ بن جبيرٍ، عن ابن عباسٍ، قال: ما من مولودٍ إلا على قلْبِه الوَسْوَاسُ، فإذا عقَل فذكَر الله خَنَس، وإذا غَفَل وَسْوَس. قال: فذلك قولُه: {الْوَسْوَاسِ الْخَنَّاسِ

Telah menceritakan kepada kami Abu Kuraib, dia berkata: telah menceritakan kepada kami Yahya bin Isa dari Sufyan dari Hakim bin Jubair, dari Ibnu Abbas berkata, “Tidak ada seorang pun dilahirkan kecuali di dalam hatinya ada (setan) yang memberi bisikan (was-was) jika dia ingat dan berzikir kepada Allah subhanahu wa ta’ala maka setan itu akan bersembunyi dan jika dia lalai setan itu akan memberi bisikan (was-was). Itulah firman Allah subhanahu wa ta’ala الْوَسْوَاسِ الْخَنَّاسِ.

حدَّثنا ابنُ حميدٍ، قال: ثنا جريرٌ، عن منصورٍ، عن سعيدٍ، عن ابن عباسٍ في قولِه: (الْوَسْوَاسِ الْخَنَّاسِ). قال: الشيطانُ جاثمٌ على قلبِ ابن آدمَ، فإذا سها وغفَل وَسْوَس، وإذا ذكر الله خَنَس

Telah menceritakan kepada kami Ibnu Humaid, dia berkata, telah menceritakan kepada kami Jarir dari Manshur, dari Said dari Ibnu Abbas tentang firman Allah subhanahu wa ta’ala الْوَسْوَاسِ الْخَنَّاسِ dia berkata: itu adalah setan yang ada di hati anak Adam, jika orang itu lalai maka setan itu akan memberi bisikan kepadanya dan jika dia berzikir kepada Allah subhanahu wa ta’ala maka setan itu akan bersembunyi dan mengecil tapi jika dia lalai setan itu akan berkembang (menjadi besar).

ورُوِى عن ابن عباسٍ رضي الله عنه أنه كان يقولُ في ذلك: (مِنْ شَرِّ الْوَسْوَاسِ): الذي يُوسوِسُ بالدعاءِ إلى طاعتِه في صُدُورِ الناسِ، حتى يُستجابَ له إلى ما دعا إليه مِن طاعتِه، فإذا استُجيب له إلى ذلك خَنَس

Diriwayatkan dari Ibnu Abbas radhiyallahu anhu bahwa dahulu dia berkata tentang hal itu, مِنْ شَرِّ الْوَسْوَاسِ adalah setan yang memberi bisikan di hati manusia agar manusia taat kepadanya dan setelah manusia itu taat kepadanya kemudian setan itu bersembunyi.

Kedua: Imam Mujahid rahimahullah

قال: ثنا مِهْرانُ، عن عثمانَ، عن مجاهدٍ: (الْوَسْوَاسِ الْخَنَّاسِ). قال: يَنْبَسِطُ، فإذا ذكر الله خَنَس وانْقَبَض، فإذا غفَل انْبَسَط

Telah menceritakan kepada kami Mihran, dari Usman dari Mujahid الْوَسْوَاسِ الْخَنَّاسِ dia berkata, menjadi berkembang (besar), jika orang tersebut ingat (zikir) kepada Allah subhanahu wa ta’ala dia akan bersembunyi dan menjadi kecil, jika dia lalai maka setan itu akan membesar.

حدَّثني محمدُ بن عمرٍو، قال: ثنا أبو عاصمٍ، قال: ثنا عيسى، وحدَّثنى الحارثُ، قال: ثنا الحسنُ، قال ثنا ورقاءُ، جميعًا عن ابن أبي نجيحٍ، عن مجاهدٍ في قولِه: (الْوَسْوَاسِ الْخَنَّاسِ). قال: الشيطانُ يكونُ على قلبِ الإنسانِ، فإذا ذكر الله خَنَس

Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Amr, dia berkata telah menceritakan kepada kami Abu Ashim, dia berkata telah menceritakan kepada kami a-Harits, dia berkata telah menceritakan kepada kami al-Hasan, dia berkata telah menceritakan kepada kami Waqa’ semua dari Ibnu Abi Najih dari Mujahid tentanga firman Allah subhanahu wa ta’ala الْوَسْوَاسِ الْخَنَّاسِ dai berkata “Itu adalah setan yang ada di hati manusia, jika manusia itu berzikir mengingat Allah subhanahu wa ta’ala maka setan itu akan bersembunyi.

Ketiga: Imam Qatadah rahimahullah

حدَّثنا ابنُ عبدِ الأعلى، قال: ثنا ابنُ ثورٍ، عن معمرٍ، عن قتادةَ: (الْوَسْوَاسِ). قال: هو الشيطانُ، وهو الخَنَّاسُ أيضًا، إذا ذكَر العبدُ ربَّه خَنَس، وهو يُوسْوِسُ ويَخْنِسُ

Talah menceritakan kepada kami Ibnu Abdil A’la, dia berkata telah menceritakan kepada kami Ibnu Tsaur, dari Ma’mar dari Qatadah, الْوَسْوَاسِ dia berkata itu adalah setan dan juga dia adalah khinnas, jika seorang hamba mengingat Tuhannya maka setan itu akan bersembunyi, dan setan itu selalu memberikan bisikan dan bersembunyi.

حدَّثنا بشرٌ، قال: ثنا يزيدُ، قال: ثنا سعيدٌ، عن قتادةَ: (مِنْ شَرِّ الْوَسْوَاسِ الْخَنَّاسِ). يعنى: الشيطانُ، يُوسْوِسُ في صَدْرِ ابن آدمَ، ويَخْنِسُ إذا ذكر الله

Telah menceritaka kepada kami Bisyr, dia berkata, telah menceritakan kepada kami Said dari Qatadah مِنْ شَرِّ الْوَسْوَاسِ الْخَنَّاسِ yaitu setan yang memberi bisikan-bisikan di hati anak Adam dan setan itu akan bersembunyi jika anak adam tersebut berdzikir kepada Allah subhanahu wa ta’ala.

KeempatL Ibnu Tsaur

حدَّثنا ابنُ عبدِ الأعلى، قال: ثنا ابنُ ثورٍ، عن أبيه، قال: ذُكر لى أنَّ الشيطان – أو قال: الوَسْوَاسَ – يَنْفُثُ في قلبِ الإنسانِ عندَ الحزن وعندَ الفرحِ، وإذا ذكَر الله خَنَس

Telah menceritakan kepada kami Ibnu Abdil A’lam dia berkata telah menceritakan kepada kami Ibnu Tsaur, dari bapaknya, dia berkata, “disebutkan kepadaku bahwa setan – atau dia berkata al-waswas – meniupkan ke dalam hati manusia ketika sedang sedih dan ketika sedang gembira, jika manusia itu berdzikir kepada Allah maka setan itu bersembunyi.

Kelima: Ibnu Zaid

حدَّثني يونسُ، قال: أخبرَنا ابنُ وهبٍ قال: قال ابنُ زيدٍ في قولِه: (الْخَنَّاسِ). قال: الخَنَّاسُ الذي يُوسوس مرَّةً، ويَخْنِسُ مرَّةً، من الجنِّ والإنسِ، وكان يقالُ: شيطانُ الإنسِ أشدُّ على الناس من شيطانِ الجنِّ؛ شيطانُ الجنِّ يُوسوِسُ ولا تَراه، وهذا يُعاينُك معاينةً

Telah menceritakan kepada kami Yunus, dia berkata telah mengabarkan kepada kami Ibnu Wahb, dia berkata, Ibnu Zaid berkata tentang firman Allah subhanahu wa ta’ala الْخَنَّاسِ, dia berkata al-khannas yang kadang memberi bisikan dan kadang bersembunyi dari golongan jin maupun dari golongan manusia, dulu dikatakan, “Setan dari kalangan manusia itu lebih keras daripada setan dari kalangan jin, setan dari kalangan jin memberi bisikan dan kamu tidak melihatnya, sedangkan ini (setandari kalangan manusia) melihatmu dengan mata kepalanya (dan kamu juga meliohatnya).

Penyevbutan riwayat tetang hal itu

حدَّثني محمدُ بنُ سعدٍ، قال: ثني أبي، قال: ثني عمي، قال: ثني أبي، عن أبيه، عن ابن عباسٍ في قولِه: (الْوَسْوَاسِ). قال: هو الشيطانُ يأمرُه، فإذا أُطِيع خَنَس

Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Said, dia berkata, telah menceritakan kepadaku bapakku, di aberkata, telah menceritakan kepadaku pamanku, dia berkata telah menceritakan kepadaku bapakku dari bapaknya, dari Ibnu Abbas radhiyallahu anhu tentang firman Allah subhanahu wa ta’ala الْوَسْوَاسِ, dia berkata, al-waswas adalah setan yang memerintahkan (manusia supaya taat) kepadanya, jika (manusia) telah taat kepadanya dia pun lalu bersembunyi.

Pendapat yang benar menurut Imam Ath-Thabari tentang pendapat al-waswasil khannas adalah Allah subhnahu wa ta’ala memerintahkan Nabinya yaitu Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam agar berlindung kepada-Nya dari kejelekan setan yang kadang memberikan bisikan (buruk kepada manusia) dan kadang bersembunyi, bisikan-bisikannya itu bukan hanya bisikan-bisikan tertentu (tapi sifatnya umum) demikina juga bersembunyinya bukan hanya dalam bentuk tertentu, kadang setan memberi bisikan dengan mengajak (manusia) agar bermaksiat kepada Allah subhanahu wa ta’ala jika manusia itu sudah taat kepadanya dia akan bersembunyi, kadang pula setan itu membisikkan larangan agar tidak taat kepada Allah subhanahu wa ta’ala, lalu apabila manusia itu mengingat perintah Tuhannya, kemudian taat kepada-Nya dan menyelisihi setan, setan itu pun bersembunyi, setan selalu dalam kedua keadaan tersebut yaitu memberi bisikan dan bersembunyi. sifat ini merupakan sifat setan.

الَّذِي يُوَسْوِسُ فِي صُدُورِ النَّاسِ artinya dengan itulah setan pemberi bisikan, membisikkan (keburukan) ke dalam dada-dada manusia baik setan dari kalangan jin maupun setan dari kalangan manusia.

فإن قال قائلُ: فالجنُّ ناسٌ فيقالَ: {الَّذِي يُوَسْوِسُ فِي صُدُورِ النَّاسِ (5) مِنَ الْجِنَّةِ وَالنَّاسِ}؟
قيل: قد سمَّاهم اللهُ في هذا الموضعِ ناسًا، كما سمَّاهم في موضعٍ آخرَ رِجالًا، فقال: {وَأَنَّهُ كَانَ رِجَالٌ مِنَ الْإِنْسِ يَعُوذُونَ بِرِجَالٍ مِنَ الْجِنِّ} [الجن: 6]. فجعَل الجنَّ رِجالًا، وكذلك جعَل منهم ناسًا.
وقد ذُكر عن بعضِ العربِ أنه قال وهو يحدِّثُ: إذْ جاء قومُ مِن الجنِّ فوقَفوا، فقيل: من أنتم؟ فقالوا: ناسٌ مِن الجنِّ. فجعل منهم ناسًا، فكذلك ما في التنزيلِ من ذلك.

آخرُ كتابِ التفسيرِ، والحمدُ للهِ العليِّ الكبيرِ

Abu Layla Turahmin, M.H.

Piyungan, Bantul DIY. Kamis, 31 Juli 2025.

Referensi:

Tafsir Thabari Jami’ul Bayan An Takwili Ayil Qur’an

Abu Ja’far Muhammad bin Jariri ath-Thabari (224-310H).

Tahkik: Dr. Abdullah bin Abdil Muhsin At-Turki

Penerbit: Dar Hajr lithiba’ati wan Nasyr wat-Tawzi’ wal i’lan, Kaira Mesir.

Cetakan Pertama: 1422 H/2001M.

24/753-756.

Tinggalkan komentar